Jakarta, wmhg.org Indonesia – Mayoritas bursa saham Asia ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (1/6/2023). Ini seiring Amerika Serikat (AS) kemungkinan besar lepas dari malapetaka ekonomi. Kenaikan pagu utang kini tinggal menanti persetujuan dari Senat, DPR AS sudah lebih dulu menyetujuinya.
Indeks Nikkei dan Topix Jepang tercatat naik 0,84% dan 0,88%, Shanghai Composite China menguat tipis 0,07 poin dan indeks Straits Times Singapura terapresiasi 0,24%.
Sementara, Indeks ASX 200 Australia naik 0,27%. Adapun Kospi turun 0,31% dan Hang Seng Hong Kong minus 0,10%.
Sebelumnya, negosiasi mengenai kenaikan batas utang Amerika Serikat yang seringkali buntu telah membawa sentimen buruk ke pasar. Hal ini dapat dimengerti, karena jika batas utang tidak dinaikkan, Amerika Serikat berisiko mengalami kebangkrutan atau gagal membayar utang (default) untuk pertama kalinya dalam sejarah modern.
Hal tersebut diprediksi akan memicu ketidakstabilan keuangan dan berdampak buruk pada ekonomi secara keseluruhan.
Dampak dari kekacauan ekonomi tersebut telah dipetakan oleh Dewan Penasihat Ekonomi (Council of Economic Adviser/CEA) menjadi tiga kemungkinan.
-
Grafik Saham GOTO Tiba-tiba ARA Jelang Pasar Tutup, Ada Apa?
-
Malapetaka Ekonomi Lewat, Bursa Asia Pasifik Menanjak!
-
Kisah Kerajaan Bisnis Salim: Hampir Runtuh Total Ditelan 98
Pertama, jika tidak terjadi default, tetapi hampir terjadi. Dampaknya juga cukup buruk, di mana akan terjadi pemutusan hubungan kerja massal (PHK) sebanyak 200 ribu orang pada kuartal III-2023, pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) terpangkas sebesar 0,3%, dan tingkat pengangguran naik sebesar 0,1%.
Kedua, jika terjadi default, tapi hanya dalam waktu singkat. PHK dapat mencapai 500 ribu orang, PDB terpangkas sebesar 0,6%, dan tingkat pengangguran naik sebesar 0,3%.
Ketiga, ketika default berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ini merupakan skenario yang paling buruk, di mana PHK dapat mencapai 8,3 juta orang pada kuartal III-2023, PDB mengalami kontraksi sebesar 6,1%, dan tingkat pengangguran naik sebesar 5%.
Tidak hanya itu, default yang berlangsung lama akan memiliki dampak yang berkepanjangan. Berdasarkan proyeksi CEA, PHK massal dapat terus terjadi hingga kuartal I-2024, dengan total mencapai 17 juta orang.
Dampaknya juga akan dirasakan oleh dunia, karena Amerika Serikat merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Banyak kegiatan perdagangan melibatkan negara tersebut, mata uang dolar AS menjadi yang paling banyak digunakan di dunia. Begitu pula dengan surat utangnya (Treasury) yang memiliki peredaran yang luas.
Saat ini, dengan kenaikan batas utang tinggal menunggu waktu, risiko besar tersebut dapat dihindari, dan ini tentunya disambut baik oleh pelaku pasar.
Namun, sektor manufaktur China yang mengalami kontraksi yang semakin dalam telah menahan penguatan bursa saham di kawasan Asia Pasifik.
wmhg.org INDONESIA RESEARCH
[email protected]