wmhg.org – JAKARTA. PT Green Power Group Tbk (LABA) mengungkapkan, sejumlah rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mengembangkan usahanya. Setidaknya ada lima rencana jangka pendek yang akan dilakukan LABA.
Pertama, membentuk dua anak perusahaan, yaitu PT Green Power Energy (GPE) dan PT Sustainable Energy Development Trading (SEDT).
Kedua, melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU), antara lain dengan ECGO sebagai salah satu produsen motor listrik serta dengan Presidente da Região Administrativa Especialde Oecusse Ambeno (RAEOA) terkait jual beli listrik.
Ketiga, LABA akan melakukan penyesuaian terhadap lingkup bisnis yang sudah dijalankan dan penambahan kegiatan usaha. Keempat, LABA berencana mendirikan tiga anak perusahaan lainnya dan melakukan aksi korporasi berupa penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.
Mengenai rights issue, LABA berencana membidik dana sebesar Rp 100 miliar – Rp 150 miliar. Rights issue diperkirakan akan berlangsung pada semester I-2025. Direktur Utama LABA William Ong bilang, LABA sudah memiliki standby buyer dalam aksi korporasi ini.
Komposisinya nanti akan ada standby buyer dan juga existing shareholder. Sebagian besar akan dari standby buyer yang industrinya berkaitan, baik hulu maupun hilir, kata William.
Kemudian, rencana jangka pendek LABA yang kelima adalah melakukan investasi berupa tanah dan bangunan untuk ekspansi bisnis. Kami sedang menjajaki lahan baru, namun belum bisa di-expose, imbuh William.
Selain jangka pendek, LABA juga menyiapkan rencana bisnis jangka panjang. Di antaranya, pertama, mendorong ekosistem dan infrastruktur kendaraan listrik melalui pembuatan battery pack dan battery swap cabinet.
Dalam bisnis manufaktur baterai pack, LABA memproyeksikan untuk memproduksi hingga 1 juta baterai pack. Sedangkan dalam bisnis battery swap cabinet, LABA akan mengembangkan jaringan stasiun penukaran baterai.
Fokus LABA adalah memasok battery pack untuk kendaraan komersial (niaga) seperti motor listrik, bus listrik, truk listrik jenis light truck maupun heavy truck, serta mobil listrik.
Bisnis paling dekat yang sedang dijajaki adalah motor listrik roda tiga, bus listrik dan truk listrik, ungkap William.
Adapun, LABA telah memiliki framework agreement bersama ECGO dengan kontrak sebanyak 600.000 battery pack, yang akan direalisasikan secara bertahap. Saat ini, LABA telah memiliki pabrik yang berlokasi di Bekasi.Â
Rencana jangka panjang LABA lainnya adalah impor dan supply aksesoris untuk kebutuhan industri produk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Selain itu, LABA juga ingin merealisasikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Mengenai permodalan untuk menunjang bisnisnya, selain rights issue, LABA menargetkan dana sekitar Rp 150 miliar – Rp 250 miliar dari warran.
 LABA Chart by TradingView
Pemegang saham pengendali akan berpartisipasi secara proporsional dengan ekuitasnya. Selain itu, LABA juga menyiapkan debt financing sebesar Rp 300 miliar – Rp 400 miliar.
Sekadar mengingatkan, LABA merupakan emiten perdagangan dan produksi baja serta produk turunannya yang sebelumnya bernama PT Ladangbaja Murni Tbk. LABA berganti nama menjadi PT Green Power Group Tbk pada 1 Juli 2024.
Perubahan nama dan logo perusahaan sejalan dengan perubahan pemegang saham pengendali pada 28 Juni 2024. Pergantian pengendali terjadi setelah PT Nev Stored Energy (NSE) menyelesaikan pengambilalihan sebanyak 560 juta lembar saham atau setara 50,75% dari total modal disetor dan ditempatkan dalam LABA.
Capaian terbaru mengenai kelanjutan bisnis di ekosistem kendaraan listrik alias electric vehicle (EV). Kabar teranyar, LABA telah menandatangani perjanjian kerja sama penyewaan battery pack dengan PT Safago New Energy (SNE).
Perjanjian yang diteken pada 26 Desember 2024 terebut menindaklanjuti penandatanganan kerja sama LABA dengan SNE selaku produsen kendaraan listrik motor roda tiga. LABA dan SNE pun menyepakati hal-hal pokok terkait dengan penyewaan baterai kendaraan bermotor listrik roda tiga.
William menambahkan, dua poin penting dari perjanjian tersebut. Pertama, penyediaan baterai. LABA akan menyediakan battery pack, yang dilakukan melalui sistem penyewaan.
Battery pack tersebut akan disediakan secara custom menyesuaikan spesifikasi SNE sebanyak 6.000 unit baterai 72V 100AN setiap tahun hingga 2029. Battery pack itu akan dikirimkan secara bertahap setiap tahun.
Rinciannya, sebanyak 600 unit untuk kuartal pertama, 1.200 untuk kuartal kedua, 1.800 untuk kuartal ketiga, dan 2.400 unit untuk kuartal keempat. Poin kedua dari perjanjian tersebut adalah mengenai penentuan tarif penyewaan.
William menjelaskan, SNE selaku operator akan mengenakan biaya pengelolaan (management fee) sebesar 15%. Sisa pendapatan operasional sebesar 85% akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu 70% milik SNE dan 30% sebagai biaya sewa baterai yang disediakan perusahaan.
Nantinya kendaraan bermotor listrik roda tiga ini akan digunakan sebagai fleet kendaraan angkut oleh perusahaan ritel, logistik, dan lainnya, ungkap William dalam keterbukaan informasi Jumat (27/12).
Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Jawa Timur Terbaru: Surabaya, Madiun, Malang dan Wilayah Lain
Menarik Dibaca: Ini lo Cara Mengusir Semut di Tembok, Dijamin Ampuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News