Jakarta, wmhg.org Indonesia – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terus mendorong likuiditas dan penyaluran kreditnya di tengah kondisi suku bunga yang tinggi. Namun, dengan kontribusi kredit UMKM yang besar, BRI menghadapi beberapa tantangan.
Direktur Utama BRI Sunarso, menyampaikan bahwa selama ini kredit BRI ditopang oleh segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan kontribusi lebih dari 80%. Menurut Sunarso, dua faktor utama yang menjadi pendorong permintaan kredit di segmen UMKM adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Baca:
BRI Jaga Ekosistem Laut dan Kembangkan Potensi Wisata Daerah
Apabila dua faktor ini mengalami pelemahan, maka permintaan kredit di UMKM praktis melemah. Jika dipaksakan untuk tumbuh terlalu agresif, kualitas kredit bisa terdampak negatif, jelas Sunarso dalam siaran wmhg.org Indonesia, Kamis, (30/5/2024).
Meski masih tetap fokus pada UMKM, Sunarso tak menyangkal pertumbuhannya kini tidak bisa terlalu agresif karena masalah daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang masih lemah.
Sunarso menekankan bahwa meskipun fokus utama tetap pada UMKM, BRI mungkin akan sedikit menggeser fokus ke segmen menengah untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kami melakukan penyesuaian agar tetap tumbuh secara berkelanjutan dan menjaga profitabilitas di tengah tantangan ekonomi yang ada, tutupnya.
Kedepan, BRI menargetkan pertumbuhan kredit antara 10-12%, dengan net interest margin (NIM) di kisaran 7,6-8%. Selain itu, cost of credit akan dijaga maksimal 3%, dan Non-Performing Loan (NPL) di bawah 3%.
Untuk efisiensi, cost to income ratio yang sebelumnya di atas 40%, berhasil ditekan menjadi 37% pada kuartal pertama tahun ini. BRI menargetkan cost to income ratio di level 41-42% secara konsolidasi.