Jakarta, wmhg.org Indonesia – Menghadapi situasi militer pelik, Ukraina mencari berbagai alternatif pendanaan untuk membiayai militernya menahan agresi Rusia, salah satunya dengan menerbitkan obligasi perang atau war bond.
Ini bukanlah kali pertama negara yang sedang berperang menerbitkan obligasi tersebut. Dalam perang dan krisis lainnya, pemerintah terkadang mengimbau patriotisme warganya untuk menutupi kesenjangan pembiayaan.
Sepanjang sejarah pemerintah berbagai negara telah menjual apa yang disebut sebagai obligasi perang untuk mengumpulkan dana dengan cepat untuk operasi militer atau keadaan darurat lainnya.
Ukraina dengan cepat beralih ke gagasan itu dan memanfaatkan dukungan global dalam perjuangannya melawan Rusia, menjual gelombang pertama obligasi perang dan berhasil mengumpulkan sekitar 8,14 miliar hryvnia atau setara dengan US$ 270 juta (Rp 3,87 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.350/US$).
Baca:
Sedih! Pengungsi Ukraina Tembus 1 Juta Orang
Apa itu Obligasi Perang
Obligasi ini adalah instrumen utang yang dijual untuk membiayai operasi dan produksi militer di masa perang, kadang-kadang dibarengi dengan kampanye propaganda yang mempromosikan pembelian oleh individu sebagai tugas sipil dan patriotisme.
AS menjual liberty bond selama Perang Dunia I dan defense bond selama Perang Dunia II setelah pemboman Pearl Harbor dan dibeli oleh lebih dari 84 juta orang Amerika.
Walau sering menyasar emosi rakyat untuk berjuang bahu-membahu dengan pemerintah, surat utang tersebut juga dapat dijual kepada investor institusional.
Meskipun strukturnya bervariasi, obligasi perang yang sebelumnya beredar cenderung memiliki imbal hasil yang lebih rendah dan jatuh tempo yang lebih lama daripada utang pemerintah lainnya, yang berpotensi memperpanjang pembayaran selama beberapa dekade.
Pada Perang Dunia I, Austria menerbitkan obligasi perang dengan tenor 5 tahun, Kanada memiliki tenor 5-20 tahun dan obligasi perang Jerman jatuh tempo dalam 10 tahun.
Pada Perang Dunia II obligasi perang Kanada memiliki tenor 6-14 tahun, sedangkan yang diterbitkan oleh pemerintah Amerika Serikat jatuh tempo dalam 10 tahun.
Akan tetapi obligasi perang Ukraina memiliki karakteristik yang mirip dengan surat utang yang dijual di masa damai dan akan jatuh tempo dalam satu tahun.
Mengapa Ukraina menjual obligasi perang?
Penjualan tersebut merupakan bagian dari upaya crowdfunding yang lebih luas untuk memanfaatkan dukungan domestik dan internasional untuk Ukraina karena berada di bawah agresi Rusia.
Pemerintah sedang mencari cara untuk menjual lebih banyak obligasi perang setelah memperbaiki kemacetan di bank-bank yang menangani penjualan, Yuri Butsa, kepala utang negara itu, mengatakan kepada Bloomberg. Strategi ini juga mungkin akan menargetkan investor asing dengan obligasi dalam mata uang dolar atau euro.
Baca:
Senjata Rahasia Ukraina Lawan Rusia: Bitcoin & Dogecoin Cs
Model pendanaan sejenis di era modern
Pemerintah telah menggunakan seruan patriotik untuk mencoba menjual berbagai instrumen utang baru di masa-masa sulit. Italia menjual obligasi yang didukung oleh pendapatan dari lotere nasional negara itu pada tahun 2001 ketika saat itu menjadi negara yang paling berutang di Uni Eropa.
Yunani pada 2012 berusaha untuk menjual obligasi diaspora untuk menarik dana dari warga yang tinggal di luar negeri selama krisis utang negara itu.
Pada tahun 2020, penasihat ekonomi AS Larry Kudlow mengusulkan penjualan utang dengan struktur yang mirip dengan obligasi perang untuk membantu mendukung perekonomian melalui pandemi virus corona. Pada akhirnya, paket stimulus dibiayai menggunakan tagihan Perbendaharaan reguler.
Uni Eropa mempertimbangkan penjualan apa yang kemudian dikenal sebagai coronabonds selama pandemi, instrumen pembagian risiko yang kontroversial. Meskipun gagasan itu tidak berhasil, 27 anggota blok tersebut telah memulai pinjaman bersama terbesar mereka yang pernah ada, yang dikenal sebagai program obligasi NextGenerationEU.
Kontroversi obligasi perang
Secara alamiah obligasi ini memiliki volatilitas tinggi karena pada dasarnya instrumen ini dijual ketika kondisi ekonomi dan politik suatu negara terancam eksistensinya. Sehingga kemampuan untuk melakukan pembayaran atas obligasi perang sangat susah untuk diprediksi.
Inggris pernah menjual Obligasi Perang Nasional untuk membantu mendanai partisipasinya dalam Perang Dunia I. Mereka membayar imbal hasil 5% dan penjualan itu didukung oleh kampanye besar-besaran yang dimaksudkan untuk menginspirasi semangat patriotik. Seabad kemudian, surat utang tersebut masih dimiliki oleh 120.000 investor.
Tahun 2014 lalu, pemerintah Inggris mengumumkan akan membayar sebagian dari utang perang dunia pertama negara itu – 100 tahun sejak dimulainya perang.
Kala itu The Guardian melaporkan hampir £ 2 miliar utang perang dunia pertama masih tersisa, dan pemerintah Inggris mengatakan sedang melihat kepraktisan untuk melunasinya secara penuh.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA