Jakarta, wmhg.org Indonesia – Konflik antara Rusia dengan Ukraina hingga kini masih berlangsung, di mana dampak dari konflik kedua negara pecahan Uni Soviet tersebut mulai merambah ke berbagai sektor.
Salah satunya yakni industri farmasi. Meski industri farmasi tidak dikenakan sanksi, tetapi konflik Rusia-Ukraina berpotensi akan kembali menghambat rantai pasokan.
Hal ini akan memperparah krisis rantai pasokan yang hingga kini belum pulih karena dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang masih berlangsung.
Hal ini membuat manajemen dari salah satu emiten farmasi di Indonesia yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) buka suara.
Direktur Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata mengatakan, apabila terjadi kenaikan harga bahan baku yang signifikan dibandingkan dengan ekspektasi perusahaan, maka Kalbe akan mempertimbangkan kenaikan harga produk secara bijak dan selektif namun tidak memberatkan konsumen.
Meski demikian, manajemen KLBF mengatakan bahwa pihaknya akan menjamin ketersediaan produk tetap aman untuk masyarakat, di tengah kemungkinan disrupsi pasokan bahan baku global serta dampak dari konflik Rusia dan Ukraina.
Baca:
Waspada! Ini Dampak Perang Rusia-Ukraina ke Indonesia
Kalbe juga telah meningkatkan persediaan bahan baku (raw material) maupun kemasan (packaging material) hingga mencapai empat bulan untuk mengantisipasi krisis rantai pasok dunia tersebut.
Dengan timbulnya krisis geopolitik Rusia-Ukraina, Kalbe akan terus memonitor kondisi pasar dan trend harga bahan baku dan kemasan untuk mengantisipasi gejolak pasokan agar dapat menjamin ketersediaan produk di masyarakat, kata Bernadus dalam siaran persnya dikutip wmhg.org Indonesia, Kamis (3/3/2022).Â
Sejak pandemi, persediaan bahan baku telah ditingkatkan bertahap untuk menjamin ketersediaan produk, tambah Bernadus.
Menurutnya, melalui kombinasi strategi product mix, efisiensi biaya operasional serta kenaikan harga, perseroan tetap menargetkan operating profit margin yang stabil di kisaran 14,5% – 15,5% untuk tahun 2022.
Kalbe tetap berkomitmen untuk mencapai target pertumbuhan penjualan dan laba tahun 2022 di kisaran 11%-15%, tutup Bernadus.
Baca:
Begini Cara Rusia Lawan Dampak Buruk Sanksi Internasional