Jakarta, wmhg.org Indonesia – Harga emas dunia melemah pada perdagangan Kamis (17/9/2020) setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi waktu Indonesia. Meski sedang melemah, mantan Chief Executive Officer (CEO) Goldman Sachs Lloyd Blankfein menyatakan sekarang adalah saatnya emas bersinar.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 18:06 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.941,34/troy ons, melemah nyaris 1% di pasar spot.
Pengumuman kebijakan moneter The Fed menjadi antiklimaks dari rentetan kebijakan moneter yang dilakukan sepanjang tahun ini, merespon kemerosotan ekonomi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Bos The Fed, Jerome Powell, mengumumkan suku bunga tetap sebesar <0,25%, sementara nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) tidak akan ditingkatkan. Untuk diketahui, QE The Fed saat ini nilainya tak terbatas, artinya berapapun akan digelontorkan guna memacu perekonomian.
Kebijakan QE tanpa batas tersebut membuat pasar tidak tahu pasti berapa nilai QE yang digelontorkan The Fed per bulannya.
Selain itu, Powell juga optimistis terhadap pemulihan ekonomi AS, dengan merevisi proyeksi produk domestic bruto (PDB), inflasi, serta tingkat pengangguran.
Baca:
Kebijakan The Fed Antiklimaks, Rupiah Bisa Diuntungkan Lho!
Dengan proyeksi kebangkitan ekonomi yang optimistis, dan tidak ada perubahan kebijakan sama sekali, dolar AS menjadi aset yang terlihat paling diuntungkan. Indeks dolar AS hari ini sempat menguat 0,41% ke 93,592. Alhasil, emas pun melemah akibat penguatan dolar AS tersebut.
Sebelum The Fed mengumumkan kebijakan moneternya, mantan CEO Goldman Sachs, Lloyd Blankfein, mengatakan saat ini adalah waktunya emas dan perak untuk bersinar. Meski demikian, ia mengatakan tidak tahu apa yang akan terjadi pada logam mulia tersebut, setelah harganya masuk fase konsolidasi saat ini.
Sudah sangat lama emas dan perak tidak memainkan perannya sebagai store of value di pasar finansial. Tetapi, jika ada waktu mereka berperan seperti itu, sekarang adalah waktunya, kata Blankfein, sebagaimana dilansir Kitco, Rabu (16/9/2020).
Blankfein yang pertama kali bekerja di Goldman Sachs sebagai sales metals pada 1982 mengatakan secara umum ia bullish (memprediksi kenaikan) terhadap komoditas akibat adanya risiko kenaikan inflasi, setelah The Fed menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Saya pikir dari sudut pandang inflasi, banyak yang melihat inflasi tidak akan tinggi lagi. Saya tidak melihat itu. Dari sudut pandang investor, bukan hal yang buruk jika berinvestasi di aset fisik, katanya.
Di luar pernyataan Blankfein tersebut, analis komoditas dari Goldman Sachs pada bulan Juli lalu memberikan proyeksi harga emas akan mencapai US$ 2.300/troy ons dan perak US$ 30/ons dalam tempo 12 bulan ke depan.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA