Jakarta, wmhg.org Indonesia – Pasar komoditas memperpanjang reli kenaikan harga pada hari Kamis (3/3/2022), dengan aluminium, batu bara, dan CPO (crude palm oil) semuanya mencapai rekor baru, sementara minyak mentah dan gandum mencapai level tertinggi multi-tahun karena serangan Rusia ke Ukraina mengganggu aliran bahan mentah global.
Posisi Rusia sebagai pemasok utama di pasar minyak, gas, logam, biji-bijian dan pengapalan membuat sanksi keras yang diterapkan pada beberapa entitas Rusia setelah serangan Moskow ke Ukraina telah mengubah beberapa rantai pasokan sumber daya yang kritis.
Harga aluminium di London Metal Exchange telah naik 30%, sementara gandum berjangka AS telah melonjak 25% pada minggu ini saja karena pasar berusaha menilai dampak potensi hilangnya pasokan Rusia jika komunitas internasional meluncurkan tindakan hukuman tambahan terhadap Moskow.
Amerika Serikat sedang mempersiapkan paket sanksi yang menargetkan lebih banyak oligarki Rusia serta perusahaan dan aset mereka, sebagaimana disampaikan Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan tahunan State of The Union dengan anggota Kongres kemarin.
Minyak mentah Brent naik di atas US$ 118 per barel untuk pertama kalinya sejak Februari 2013 karena konsumen bergulat dengan masalah pembiayaan dan pengiriman yang telah melumpuhkan pembelian dari negara produsen minyak terbesar ketiga dunia minggu ini.
Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan naik 3,4% di harga US$ 116,79 per barel.
Serangan Rusia ke Ukraina menimbulkan gejolak lebih lanjut untuk pasar energi global yang sudah terhuyung-huyung dari volatilitas harga yang ekstrem selama dua tahun terakhir, kata Sam Reynolds, analis keuangan energi di Institute for Energy Economics and Financial Analysis, (IEEFA), dilansir dari Reuters.
ANZ Australia menaikkan target jangka pendek untuk minyak menjadi US$ 125 per barel, menambahkan bahwa kekurangan pasokan bisa mendorong kenaikan lebih lanjut.
Dari industri logam dan mineral, harga aluminium LME naik 2,3% ke level tertinggi sepanjang masa di US$ 3.650 per ton, sementara nikel naik lebih dari 4% menjadi US$ 26.935 per ton karena para pedagang mencoba memperhitungkan potensi hilangnya pasokan dari Rusia yang merupakan produsen terbesar ketiga untuk kedua logam tersebut.
Untuk biji-bijian, menurut Departemen Pertanian AS, Rusia dan Ukraina diproyeksikan menyumbang 28,5% dari ekspor gandum global pada tahun 2021, sehingga harga gandum global melonjak lebih tinggi untuk mencoba mengakomodasi penurunan besar akan pasokan dari kedua negara tersebut.
Harga gandum Chicago naik hampir 40% dalam sebulan terakhir, dan telah naik ke level tertinggi 14 tahun di US$ 11,34 per gantang.
Rusia dan Ukraina juga menyumbang 19% dari ekspor jagung dan 80% dari ekspor minyak bunga matahari, yang bersaing dengan minyak kedelai dan minyak sawit.
Harga minyak sawit Malaysia mencapai rekor tertinggi 6.950 ringgit per ton pada hari Kamis, sementara kedelai AS mencapai level tertinggi sejak 2008.
Batubara berjangka Newcastle juga telah terbang sejak sanksi dijatuhkan pada Rusia yang merupakan eksportir batu bara terbesar ketiga. Harga acuan Newcastle kontrak April telah melonjak ke rekor US$ 446 per ton hari ini, naik 100% dari bulan lalu.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA