wmhg.org – JAKARTA. Industri properti Indonesia memasuki kuartal keempat 2024 dengan berbagai tantangan, terutama terkait permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) yang mengalami penurunan.
Berdasarkan laporan riset terbaru dari Pinhome, platform teknologi jual-beli properti, permintaan KPR dan KPA turun sebesar 8% pada kuartal kedua 2024 dibandingkan dengan kuartal pertama.
Penurunan ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% pada kuartal II-2024. Kenaikan ini langsung berdampak pada penurunan permintaan pembiayaan properti.
“Di kuartal 2 karena ada kenaikan suku bunga menjadi 6,25 persen, kita melihat penurunan dalam permintaan KPR,” ujar Dayu Dara Permata, Founder Pinhome, saat peluncuran laporan Langkah Generasi Sandwich Menuju Kepemilikan Properti di Jakarta Selatan, Selasa (8/10).
Namun, Dayu optimistis bahwa penurunan ini bersifat sementara, dan pasar properti akan kembali pulih seiring tren penurunan suku bunga secara global. Dengan kebijakan suku bunga global yang menurun, terutama dipicu oleh The Fed di Amerika Serikat, ia berharap otoritas moneter di Indonesia akan merespons dengan penyesuaian yang lebih akomodatif.
Hal ini diprediksi akan meningkatkan permintaan KPR dan KPA di kuartal mendatang. “Kita lihat, dalam beberapa bulan ke depan pasti akan ada peningkatan tren pengajuan KPR menjadi lebih positif,” tambah Dayu.
Meskipun sektor lain cenderung melemah, industri properti justru menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, terutama dalam segmen sewa dan jual-beli properti di beberapa kota besar di Indonesia. Pinhome mencatat adanya peningkatan dalam transaksi sewa properti, serta pergerakan positif di sektor jual-beli di beberapa wilayah.
Dus, Industri properti Indonesia terus bergerak dinamis, dan meski menghadapi tantangan, ada optimisme bahwa sektor ini akan pulih dan berkembang di tengah berbagai upaya kebijakan moneter yang mendukung. “Secara umum, industri properti masih dalam trek yang cukup bagus dan sedang menggeliat,” kata Dayu.
Penurunan suku bunga oleh BI pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17-18 September 2024 menjadi sinyal positif untuk sektor ini. Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%, dengan suku bunga Deposit Facility turun menjadi 5,25% dan Lending Facility turun menjadi 6,75%.
Keputusan ini diambil untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi terkendali di kisaran target 2,5±1% pada 2024-2025, sekaligus memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan penurunan suku bunga ini, diharapkan pasar properti akan kembali mengalami peningkatan dalam pengajuan KPR dan KPA di kuartal keempat 2024.
Selanjutnya: Tingkatkan Literasi Industri Penjaminan, Ini Strategi OJK
Menarik Dibaca: Agritech Koltiva Bantu Rantai Pasokan Produk Pertanian Bisa Terlacak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News