wmhg.org – Untuk mendukung upaya pemerintah menjaga ketahanan pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau Holding BUMN Pangan ID FOOD berkomitmen terus berkontribusi menjaga ketersediaan dan pasokan pangan strategis melalui kolaborasi dengan sejumlah stakeholders.
Direktur Utama ID FOOD Sis Apik Wijayanto mengatakan, untuk mengakselerasi hal tersebut salah satu langkah strategis yang dijalankan adalah menjalin kerja sama dengan menggandeng pelaku perbankan.
“Hari ini kita melakukan kerja sama dengan BTN terkait dukungan penanganan pencegahan stunting yang menjadi program pemerintah,” ujarnya ditulis Rabu .
Menurut Sis Apik, dukungan perbankan diperlukan untuk mendukung penyaluran bantuan penanganan stunting di tahun 2024, Diharapkan upaya ini dapat mempercepat penyaluran bantuan, sehingga membantu program pemerintah dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.
“Kami menyambut baik terjalinnya sinergitas antara ID FOOD dengan BTN. Kolaborasi ini akan difokuskan untuk bantuan bagi Keluarga Risiko Stunting (KRS). Ini sejalan dengan semangat kedua perusahaan yang aktif menjalankan berbagai program pencegahan stunting,” ungkapnya.
Adapun saat ini penyaluran program bantuan penanganan stunting yang dijalankan ID FOOD telah memasuki tahun ke dua. Upaya penyaluran akan terus ditingkatkan secara bertahap guna memenuhi target penyaluran kepada 1.446.089 Keluarga Rawan Stunting (KRS) di 7 provinsi di Indonesia.
Program bantuan penanganan stunting ini digelar dalam rangka membantu menyukseskan program pemerintah menurunkan prevalensi stunting sebagaimana tercantum dalam Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
“Dalam program ini setiap keluarga rentan stunting akan menerima satu paket berisi 10 butir telur dan 1 kg daging ayam beku (frozen) sebanyak tiga kali,” terangnya.
Lebih lanjut, Sis Apik mengungkapkan, percepatan pelaksanaan program pangan strategis akan terus dilakukan tidak hanya untuk komoditas telur ayam dan daging ayam saja.
Mengingat di tahun 2024 ID FOOD akan menjalankan sejumlah program pangan, di antaranya menjaga stok dan pasokan 10 komoditas pangan strategis yang terdiri dari gula konsumsi, daging sapi, daging kerbau, daging ayam, telur ayam, minyak goreng, bawang putih, bawang merah, cabai, dan ikan.
“ID FOOD mendapatkan kepercayaan dari pemerintah, dalam hal ini dari Bandan Pangan Nasional untuk melaksanakan berbagai program pangan strategis seperti penyaluran bantuan pangan penanganan stunting dan mengelola stok dan pasokan 10 komoditas. Maka diperlukan dukungan yang kuat baik dari sisi pendanaan, regulasi, serta dukungan teknis dan non teknis. Kolaborasi lintas stakeholders menjadi kunci agar pelaksanaannya tepat sasaran dan berkelanjutan,” jelasnya.
Untuk memastikan pelaksanaan program pangan strategis tersebut berjalan lebih baik di tahun ini, Sis Apik menyampaikan, pihaknya telah melakukan perbaikan di antaranya perbaikan infrastruktur penyimpanan, peningkatan kolaborasi dan kemitraan bersama pelaku usaha pangan (petani, peternak, nelayan, dan UMKM), digitalisasi dan pemanfaatan teknologi untuk monitoring serta percepatan dan efisiensi proses, dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas SDM.
“Fundamental ID FOOD sebagai korporasi juga akan terus kita perkuat. Ini merupakan tugas besar dan penting yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat, yaitu pangan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengapresiasi kolaborasi antara ID FOOD dan BTN. Menurutnya, dukungan pendanaan dari BTN sebagai entitas perbankan dapat berdampak signifikan bagi pelaksanaan program bantuan pangan yang dijalankan ID FOOD.
“Langkah baik ini dapat menjaga terpenuhinya kebutuhan pangan serta gizi masyarakat, khususnya keluarga risiko stunting. Hal ini tentunya akan berkontribusi dalam memperkuat ketahanan pangan,” terangnya.
Kedepannya, tentunya pelaksanaan program penanganan stunting ini akan terus ditingkatkan. Mengingat program ini bersifat strategis, baik dari sisi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat khususnya untuk mempersiapkan generasi penerus, maupun sebagai bentuk hilirisasi hasil produksi peternakan, sehingga dapat turut menjaga stabilitas telur ayam dan daging ayam di tingkat peternak.
Arief mengatakan, program penanganan stunting ini akan terus didorong dan tingkatkan pelaksanaannya. Untuk itu, tentunya membutuhkan dukungan dan kolaborasi lintas sektor yang lebih luas lagi, baik dari sisi pendanaan, regulasi, maupun produksi.