wmhg.org – JAKARTA. Perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), mendorong pertumbuhan ekonomi digital secara global, termasuk di Indonesia.
Ekonom dan Executive Director Segara Institute, Piter Abdullah, menyebut Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin ekonomi digital di Asia Tenggara.
“Ekonomi digital adalah masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, ini membutuhkan dasar regulasi dan infrastruktur digital yang kuat. Aktivitas masyarakat ke depan akan terkoneksi secara online,” ujar Piter dalam diskusi bertajuk Indonesia Digital Economy Outlook 2025, pada Rabu (4/12).
Merujuk laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, Piter menyoroti bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai nilai US$ 90 miliar pada akhir 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh sektor e-commerce, layanan keuangan digital, serta inovasi teknologi seperti AI.
Namun, Piter mengingatkan, Indonesia masih menghadapi tantangan besar untuk memastikan keberlanjutan dan inklusivitas ekonomi digital.
“Kalau kita lihat tahun 2030, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 200 hingga USD 360 miliar. Dominasi e-commerce menjadi sangat nyata karena sektor ini relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat,” tambahnya.
Baca Juga: Indonesia-Swiss Semakin Memperkuat Landasan Ekonomi
Masih Ada Kesenjangan
Piter mengungkapkan, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 77,02% pada 2022, dengan 210 juta orang terhubung ke ekosistem digital.
Ini mendukung proyeksi Gross Transaction Value (GTV) dari pembayaran digital yang diperkirakan mencapai USD 450 miliar pada 2025.
Tak hanya itu, kapasitas data center Indonesia juga mengalami ekspansi signifikan, mencapai peningkatan 268% menurut laporan e-Conomy SEA 2024.
Meski begitu, kesenjangan digital tetap menjadi tantangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 47% rumah tangga di pedesaan memiliki akses internet, jauh tertinggal dibandingkan 78% di perkotaan.
Literasi digital masyarakat juga masih rendah, dengan survei APJII menunjukkan hanya 40% masyarakat yang memiliki tingkat literasi digital memadai.
Tonton: Senjata Baru Rusia yang Bisa Menembus Antarbenua
Langkah Konkret
Piter menyebutkan beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut.
Pertama, penguatan infrastruktur digital. Peter menyebut pemerintah perlu memperluas akses internet, termasuk menyediakan jaringan berkecepatan tinggi yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Kedua, peningkatan keamanan siber. Investasi dalam sistem keamanan siber yang kuat dan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya keamanan siber sangat dibutuhkan.
Ketiga, perlunya kolaborasi semua pihak. Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil dapat dilakukan melalui forum diskusi dan proyek bersama.
Keempat, insentif bagi pekerja digital. Dengan memberikan insentif yang menarik dan membangun ekosistem yang mendukung, Indonesia dapat memanfaatkan potensi 600 ribu pekerja digital untuk mendorong ekonomi digital.
Indonesia perlu perubahan paradigma. Tidak cukup hanya menghargai potensi, tetapi harus memberikan insentif yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital, tandas Piter.
Selanjutnya: Kemenhub Gelar Mudik Gratis saat Nataru, Begini Cara Mendaftarnya!
Menarik Dibaca: Apakah Semangka Bagus untuk Diet Menurunkan Berat Badan? Ini Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News