Jakarta, wmhg.org Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,03% pada penutupan perdagangan hari Rabu ke level 6.371,17 poin. Koreksi IHSG tersebut tercatat terjadi dua hari berturut yang dipicu oleh aksi ambil untung.Â
Tujuh sektor saham ditutup turun dengan pelemahan terbesar terjadi pada sektor industri dasar yang terkoreksi 0,76%. Tiga sektor lain yakni pertambangan, aneka industri, dan perdagangan berhasil membukukan penguatan, masing-masing naik sebesar 0,27%, 1,01% dan 0,48%. Sebanyak 182 saham tercatat melemah, 159 saham menguat, sementara 212 lainnya tidak mencatatkan perubahan harga.
Penguatan saham-saham sektor pertambangan didorong oleh naiknya Harga minyak hingga menembus level tertinggi sejak Desember 2014. Sampai dengan penutupan perdagangan sore hari ini, harga minyak mentah WTI naik 0,75% ke level US$ 63,43/barel.
Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi antara pemangkasan produksi oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC dan non-OPEC) dengan kuatnya permintaan, seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Selain itu, sentimen positif bagi harga minyak juga datang dari turunnya cadangan minyak Amerika Serikat (AS). Asosiasi industri minyak Amerika Serikat, American Petroleum Institute, menyatakan persediaan minyak AS turun 11,2 juta barel di minggu pertama Januari menjadi 416,6 juta barel. Sebelumnya analis memperkirakan persediaan hanya akan turun 3,9 juta barel. Data resmi dari pemerintah AS baru akan diumumkan pukul 22.30.
Saham-saham yang berkontribusi paling besar terhadap penurunan IHSG di antaranya, BYAN (-9,52%), SMGR (-3,35%), KLBF (-2,25%), BBCA (-0,33%), dan EMTK (-2,13%).
Investor asing kembali mencatatkan beli bersih sebesar Rp 102,5 miliar. Saham-saham yang dikoleksi investor asing diantaranya, BMRI (Rp 181,43 miliar), BBTN (Rp 72,43 miliar), UNTR (Rp 64,51 miliar), ADRO (Rp 55,05 miliar), dan BBCA (Rp 33,51 miliar).
Sementara itu, bursa regional ditutup mixed. Indeks Shanghai naik 0,24%, indeks Hang Seng naik 0,2%, indeks Nikkei turun 0,26%, dan indeks Strait Times turun 0,12%.
Sentimen untuk bursa regional datang dari rilis data inflasi China periode Desember, di mana kenaikan harga tercatat di level 1,8% YoY, lebih rendah dibandingkan konsensus di level 1,9% secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi China diproyeksi melambat ke level 6,5% pada tahun ini oleh IMF, turun dari proyeksi tahun lalu yang sebesar 6,8%.