Jakarta, wmhg.org Indonesia – Semenanjung Korea tengah dalam masa tenang. Kemarin, hari Selasa (9/1/2018), Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) melakukan pertemuan untuk kali pertama dalam dua tahun terakhir. Hasilnya pun direspons dengan cukup baik oleh pelaku pasar.
Indeks-indeks acuan Wall Street pun ditutup menguat. Dow Jones Industrial Average menguat 0,41% ke 25.385,8, S&P 500 naik 0,13% ke 2.751,29, dan Nasdaq Composite bertambah 0,09% ke 7.163,58.
Baca:
Melunaknya Korea Utara Ikut Dorong Penguatan Wall Street
Setiap kali terjadi ketegangan di Semenanjung Korea, pelaku pasar memang cenderung gugup. Biasanya Wall Street yang merasakan dampaknya.
Pergerakan Dow Jones Industrial Average.
(Sumber: Reuters)
Berikut adalah beberapa contoh pergerakan Wall Street saat terjadi peningkatan tensi di Semenanjung Korea.
- Pada 6 Maret 2017 Korut menembakkan rudal balistik, ditengarai sebagai aksi provokasi menyusul latihan militer gabungan Korsel dan Amerika Serikat (AS). Rudal tersebut mendarat di pantai timur Korut. Indeks Dow Jones pada saat itu ditutup di 20.954,34, melemah 0,24%. Pelemahan Dow berlanjut hingga 8 Maret.
- Pada 29 Mei 2017, Korut melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah dan jatuh di laut. Wall Street baru dibuka pada 30 Mei, dan langsung melemah 0,7% ke 21.029,47. Pelemahan ini berlanjut ke hari berikutnya.
- Pada 23 Juni 2017, Korut melakukan uji coba roket pendorong misil. Lagi-lagi Dow Jones melemah meskipun hanya 0,01% ke 21.394,76.
- Pada 4 Juli 2017, bertepatan dengan hari kemerdekaan AS, Korut dilaporkan sukses menguji coba peluncuran rudal balistik antar benua. Bursa AS baru dibuka pada 5 Juli dan langsung melemah 0,01% ke 21.478,17. Pada 6 Juli, Dow Jones melemah lebih dalam yaitu 0,74% ke 21.320,04.
- Pada 26 Agustus 2017, Korut meluncurkan tiga rudal jarak pendek. Bursa AS baru dibuka pada 28 Agustus dan Dow Jones ditutup melemah 0,02%.
- Pada 3 September 2017, Korut melakukan uji coba bom hidrogen yang disebut-sebut memicu gempa bumi. Dow Jones yang baru dibuka pada 5 September langsung tertekan dan ditutup di 21.753,31 atau melemah 1,06%.
Sedikit berbeda dengan Wall Street, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru tidak terpengaruh oleh krisis geopolitik di Semenanjung Korea tersebut. Hal ini disebabkan oleh makin kuatnya posisi investor domestik dibandingkan asing sehingga tidak banyak dana yang keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) ketika kondisi politik di Korut dan Korsel memanas.
Baca:
Usai Terkoreksi, IHSG Kembali ke Teritori Positif
Data BEI menunjukkan investor domestik telah menguasai lebih dari 65% nilai transaksi yang terjadi di bursa sejauh ini. Hal itu menyebabkan IHSG lebih tahan terhadap berbagai guncangan eksternal.
Tim Riset wmhg.org Indonesia