Jakarta, wmhg.org Indonesia – Harga obligasi pemerintah bertenor panjang kompak menguat, setelah lelang Surat Berharga Negara (SBN) berujung pada dana perolehan Rp 22 triliun dan terpenuhinya target kupon tertinggi yang dibidik investor sebesar 7,5%.
Kenaikan harga tertinggi terjadi pada SBN berjatuh tempo 5 dan 10 tahun yang terlihat dari penurunan yield (imbal hasil) keduanya sebesar -0,69% dan -0,28% pada Selasa (25/8/2020).
Sebagai catatan, yield surat utang berlawanan arah dari harga, sehingga koreksi yield menunjukkan bahwa harga obligasi tersebut sedang menguat. Yield SBN bertenor 10 tahun menjadi acuan harga pasar obligasi.
Penurunan yield juga dibukukan obligasi pemerintah bertenor lebih panjang yakni 15 tahun dan 20 tahun, yakni seri FR0083 dan FR0080. Sebaliknya, koreksi harga hanya menimpa SBN bertenor terpendek, yakni 1 tahun, dengan kenaikan yield sebesar 0,84%.
Kenaikan harga surat utang pemerintah bertenor panjang terjadi setelah lelang hari ini usai, dengan kupon ditetapkan sebesar 7,5% untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun. Kupon 7,5% merupakan tingkat pengembalian tertinggi yang ditawarkan pemerintah.
Artinya, investor mendapatkan tingkat keuntungan paling maksimal dari tawaran yang ada, bahkan lebih tinggi dari imbal hasil SBN serupa. Yield SBN bertenor 15 tahun kemarin naik 0,51% ke 7,273%, sedangkan yield SBN flat alias bergeming di level 7,369%.
Biasanya, pelaku pasar berharap kupon yang ditawarkan dalam lelang SBN akan menguat ke level paling atas, sehingga mereka cenderung melepas SBN. Ketika SBN dilepas masif, maka harganya akan turun dan yield SBN jangka panjang tersebut menguat.
Yield di pasar sedikit-banyak menjadi acuan penentuan kupon obligasi yang baru ditawarkan pemerintah. Hari ini, kupon SBN jangka pendek yakni 6 tahun ditetapkan di level 5,5% atau di bawah SBN tenor 5 tahun yang sebesar 5,6%.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA