Jakarta, wmhg.org Indonesia – Instrumen operasi moneter Bank Indonesia (BI) yakni Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) laku dibeli investor. Tercermin dari peningkatan serapan dana yang telah menembus miliaran dolar Amerika Serikat.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, per 21 Februari 2024 instrumen valuta asing atau valas itu telah menyerap US$ 1,89 miliar dana dari investor, naik dari realisasi pada bulan sebelumnya sekitar US$ 332 juta.
Jadi nampaknya perlu dari market mereka memang men-digest dulu untuk instrumen ini, dan majority ditempatkan di 1 bulan di mana 1 bulannya ada 74,5%, kata Destry saat konferensi pers di kantor BI, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Baca:
Terkuak! Ini Alasan BI Belum Turunkan Suku Bunga
Adapun dana yang masuk untuk instrumen lain dengan denominasi dalam bentuk rupiah, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) total outstandingnya telah mencapai Rp 391,8 triliun, dari hasil masa lelang yang ditambah dari sebelumya tiap dua pekan sekali menjadi hanya sepekan sekali.
Dan kami mulai 2024, per Jumat. Dengan posisi per tanggal 20 Februari oustandingnya mencapai Rp 391,8 triliun, dan majority ada di jangka waktu 6 bulan 32% dan 12 bulan 58%, ucap Destry.
Destry menjelaskan, salah satu tujuan penerbitan SRBI adalah mendatangkan aliran modal asing masuk ke Indonesia atau capital inflow. Hasilnya, hingga 20 Februari 2024 menurutnya telah tercapai dengan porsi kepemilikan asing di SRBI telah mencapai 22,6%.
Kami sudah lihat kepemilikan asing dari outstanding Rp 391 triliun itu sudah mencapai Rp 88,6 triliun atau sekitar 22,6%. Jadi ini akan menambah cadangan devisa kita, karena ini equivalent sekitar US$ 5,7 miliar, ucap Destry.
Baca:
Begini Kondisi Likuiditas Bank Awal 2024
Selain untuk mendatangkan capital inflow untuk memperkuat cadev, SRBI juga ditunjukkan untuk pendalaman pasar keuangan. Destry mengatakan, pendalaman pasar keuangan itu kini makin terbentuk, tercermin dari semakin aktifnya SRBI diperdagangkan di pasar sekunder.
Partisipan enggak hanya sesama bank tapi asuransi mulai masuk, sekuritas mulai masuk dan reksadana mulai masuk, ucap Destry.