Jakarta, wmhg.org Indonesia – PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) masih enggan mengungkapkan rencana rinci terkait pembelian saham baru (rights issue) saham PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO). Pembelian saham baru Tempo dengan jumlah kecil menjadi pertanyaan banyak pihak.
Wakil Direktur Utama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), yang merupakan induk usaha Surya Cipta Media, Sutanto Hartono mengatakan pembelian saham Tempo oleh anak usahanya hanya sekedar partisipasi PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). “Surya Citra Media belum mempunyai belum ada rencana untuk menambah sahamnya di Tempo setelah pembelian saham sebesar 0,79% tersebut,” kata Sutanto.
Sebelumnya diberitakan, PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) akan melaksanakan rights issue dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 333,33 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 300 per saham. Dengan target perolehan dana Rp 100 miliar.
Beberapa pihak yang ikut berpatisasi membeli saham baru Tempo tersebut diantaranya, Edwin Soeryadjaya sebanyak 1,57%, dan Surya Citra Media sebanyak 0,79% saham TMPO. Pemegang saham baru lainnya adalah Burlingham International Ltd dengan kepemilikan 2,36% usai rights issue.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menyatakan pembelian saham Tempo Inti Media oleh Surya Citra Media hanya sebagai salah satu langkah pengembangan bisnisnya. Kebetulan SCMA memang banyak cash dan banyak berinvestasi di media-media lain. Ya bisa sih (menambah kepemilikan di TMPO) tapi dia juga investasi di media yang lain, kata Christine di Jakarta, Rabu (10/1).
Tahun lalu Surya Citra Media telah berinvestasi dengan kepemilikan sebesar 50% atas sebuah media bernama Whisper Media. Di awal tahun perusahaan juga baru saja mengakuisisi sebuah rumah produksi Sinemart.
Meski begitu, kondisi keuangan perusahaan tidak dapat dikatakan baik. Pada 2015, laba bersih sebelumpajak perusahaan turun sebesar 75% menjadi Rp 4,43 miliar, dari Rp 18,06 miliar pada tahun sebelumnya. Bahkan pada 2016, nilainya berbalik menjadi rugi sebesar Rp 18,78 miliar. Pada kuartal 3 2017, perseroan tercatat membukukan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 4,8 miliar, membaik dari capaian yang sama tahun sebelumnya yakni rugi sebesar Rp 6,7 miliar.
Kas Kuat
Surya Cipta Media tampaknya ingin melebarkan sayap ke media cetak, apalagi ruang pertumbuhan perseroan sudah tidak lagi besar, dikarenakan posisinya yang sudah berada di puncak industri. Per Maret 2017, SCMA menempati posisi kedua dari audience share televisi nasional dengan porsi sebesar 22,8%, hanya kalah dari MNCN yang sebesar 24,2%.
Pertanyaannya, mengapa SCMA hanya akan mengambil saham Tempo sebesar 0,79% atau mengambil alih porsi yang lebih besar secara bertahap, seperti yang dilakukan Mitsubishi UFJ Financial Group saat mengakuisisi Bank Danamon. SCMA punya kas yang sangat mumpuni untuk mengambil alih lebih banyak saham Tempo
Per kuartal 3 2017, total aset SCMA tercatat sebesar Rp 5,6 triliun, dengan posisi kas dan investasi jangka pendek (bentuk aset yang paling likuid) sebesar Rp 521,5 miliar.
Sementara itu, kondisi keuangan Tempo juga tidak dapat dikatakan baik. Pada 2015, laba bersih sebelum pajak perusahaan turun sebesar 75% menjadi Rp 4,43 miliar, dari Rp 18,06 miliar pada tahun sebelumnya. Bahkan pada 2016, nilainya berbalik menjadi rugi sebesar Rp 18,78 miliar. Pada kuartal 3 2017, perseroan tercatat membukukan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 4,8 miliar, membaik dari capaian yang sama tahun sebelumnya yakni rugi sebesar Rp 6,7 miliar.
Kondisi keuangan tempo yang pasang surut ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi SCMA jika ingin mengambil alih mayoritas saham TMPO, terlebih mengingat kinerja SCMA yang juga tertekan dalam beberapa tahun terakhir.