Jakarta, wmhg.org Indonesia – Okupansi ruang kantor turun selama 2017. Data riset Colliers Indonesia mencatat pada 2017 okupansi gedung perkantoran strata-lite di area pusat bisnis (central business district/CBD) turun menjadi 82,6% dari sebelumnya 84,8% pada 2016.
Meski demikian Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto menyatakan dilihat dari sisi permintaan atau aktivitas penyewaan pada 2017 masih lebih baik dibandingkan 2016.
Lebih lanjut, ia menjelaskan penurunan tingkat okupasi lebih disebabkan dari tambahan suplai unit perkantoran baru pada 2017 lebih banyak daripada tambahan suplai unit perkantoran baru pada 2016. Tercatat pada 2017 ada sembilan gedung perkantoran baru dengan luas lahan 501.927 meter persegi. Sementara, pada 2016 hanya mendapat tambahan suplai sebanyak lima gedung perkantoran baru dengan luas lahan 311.511 meter persegi.
Oleh karena itu, Ferry menyatakan ia masih pesimis dengan peningkatan okupasi gedung perkantoran pada 2018. Hal ini disebabkan industri perkantoran akan mendapatkan tambahan suplai dari 10 gedung baru dengan total luas lahan 683.377Â meter persegi tahun ini yang akan membuat tingkat okupansi diproyeksikan menurun 3,5%-4% pada 2018.
Begitu pula dengan unit perkantoran di luar kawasan CBD yang diperkirakan akan mendapat tambahan suplai dari 12 gedung perkantoran baru dengan total lahan seluas 269.584 meter persegi. Padahal pada 2017, tingkat okupansi gedung perkantoran di luar area CBD mengalami peningkatan menjadi 84% pada 2017 dari sebelumnya 82,3% pada 2016.
Namun, peningkatan suplai pada 2017 dan 2018 membawa dampak yang berbeda terhadap harga sewa unit perkantoran. Peningkatan jumlah suplai baru pada 2017 ini kemudian menyebabkan aktivitas penyewaan unit perkantoran menjadi sensitif harga.
Jadi biarpun banyak yang masuk tapi suplai itu tetap banyak jadi price sensitif harga itu terjaga, jelas Ferry di World Trade Center, Selasa (09/01).
Sewa Naik
Sementara, peningkatan suplai pada 2018 akan membuat rata-rata harga sewa unit perkantoran naik sekitar 1,5%-2% untuk area CBD dan 4% untuk area non CBD. Ferry menjelaskan penyebabnya adalah harga dari unit-unit baru yang juga tinggi.
Kenapa begitu karena kalau kita lihat gedung2 yang masuk di daerah CBD dan non-CBD mereka masuk ketika market sedang di bawah, tapi dari sisi cost untuk menjustifikasi rentnya agak di bawah itu agak sulit. Sehingga mau tak mau harga rentalnya di atas, kata Ferry.