Jakarta, wmhg.org Indonesia – Tren peningkatan harga batu bara dalam beberapa bulan terakhir tengah dinikmati oleh produsen, termasuk PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Pada kuartal I-2021, realisasi harga batu bara perusahaan naik menjadi US$ 53,1 per ton dari sebelumnya US$ 49 per ton rata-rata tiga bulan terakhir.
Realisasi harga batu bara perusahaan diperkirakan akan terus naik di kuartal II-2021 jika dilihat dibandingkan index harga di kuartal I, tulis perusahaan dalam laporannya, Selasa (6/7/2021).
Sepanjang tahun ini perusahaan memproyeksikan harga batu bara di kisaran US$ 53-56 per ton. Untuk anak usaha BUMI, yakni Kaltim Prima Coal, harga batu bara diperkirakan di level US$ 60-64 per ton, sementara Arutmin US$ 39-42 per ton. Perusahaan memproyeksikan produksi batu bara akan pulih di kuartal III dan IV-2021. Sepanjang kuartal I-2021 penjualan produksi batu bara perusahaan turun menjadi 19,3 juta ton akibat tingginya curah hujan di area penambangan
Baca:
Produksi Batu Bara BUMI Diprediksi Meningkat di Semester II
Kenaikan harga ini akan semakin memberikan keuntungan pada perusahaan terutama karena penurunan biaya produksi menjadi US$ 33,9 per ton, dibandingkan sebelumnya US$ 34,33 per ton.
Belakangan pun harga batu bara Harga komoditas ini melambung hingga menyentuh rekor terbaru.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 137,75/ton. Melonjak 3,75% dibandingkan hari sebelumnya dan berada di titik tertinggi setidaknya sejak 2008.
Permintaan batu bara juga melonjak di Eropa. European Energy Exchange mencatat pembangkitan listrik oleh pembangkit batu bara di Jerman naik 5% pada minggu lalu dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 4.318 MWh. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, bahkan terjadi lonjakan 99%!
Pada Mei 2021, Refinitiv melaporkan impor batu bara Jerman adalah 1,02 juta ton. Melesat 47,86% dibandingkan bulan sebelumnya dan 92,31% dari periode yang sama pada 2020. Peningkatan permintaan listrik tidak lepas dari geliat sektor manufaktur negara tersebut.
Sebelumnya Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan tahun ini menjadi optimisme sektor batu bara dengan tren kenaikan harga yang diperkirakan bertahan. Kenaikan harga juga disebabkan karena produksi di Australia, Indonesia, dan China terpengaruh oleh pandemi.
Permintaan, bagaimanapun diperkirakan akan naik da harga batu bara kuat dan kemungkinan akan tetap demikian sepanjang tahun, kata Dileep belum lama ini.
Bumi Resources mencatatkan laba neto US$ 25,1 juta pada kuartal I-2021, naik 246% dibandingkan periode yang sama di 2020 dengan rugi US$ 17,2 juta. Sementara pendapatan perusahaan selama kuartal I-2021 tercatat US$ 1,04 miliar turun 3% dibandingkan kuartal I-2020.
Meski produksi turun BUMI berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 15% di kuartal I-2021 dibandingkan kuartal IV-2020, hal ini menunjukkan pulihnya harga batu bara, dan tren ini masih berlanjut, kata Dileep.
Baca:
PLN Akuisisi Pembangkit Listrik Rokan, Berapa Nilainya?