Jakarta, wmhg.org Indonesia – Harga obligasi negara pada Kamis (17/9/2020) ditutup melemah, dengan kenaikan harga hanya terjadi pada obligasi jangka pendek bertenor 1 tahun. Suku bunga yang ditahan membuat imbal hasil (yield) surat utang kurang menarik di tengah risiko resesi.
Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 1 tahun ramai dikoleksi investor hari ini, sedangkan sisanya cenderung dilepas investor. Yield SBN dengan tenor 1 tahun turun 11,9 basis poin ke level 3,692%, sedangkan sisanya mengalami kenaikan yield.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Energi jual juga menimpa SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara, sehingga imbal hasilnya mengalami penguatan 0,7 basis poin ke level 6,922%.
Kenaikan yield tertinggi tercatat di SBN dengan tenor 15 tahun yang naik 2,2 basis poin ke 7,458%. Sementara itu, kenaikan yield terendah terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun yang hanya naik 0,1 basis poin ke 7,474%.
Investor melepas SBN jangka panjang merespons hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (RDG-BI) yang diumumkan siang tadi. RDG-BI pada 16-17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di posisi 4%.
Ini sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun wmhg.org Indonesia di mana suku bunga acuan diprediksi bertahan di 4%. Dewan Gubernur BI yang dipimpin oleh Perry Warjiyo menilai langkah itu masih konsisten untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19.
Meskipun sudah sesuai perkiraan pasar, investor khawatir keputusan BI ini membawa Indonesia kian dekat dengan jurang resesi. Indonesia mengalami deflasi 2 bulan berturut-turut, sebesar -0,10% pada Juli dan -0,05% pada Agustus.Â
Pasar sangat berharap akan adanya kejutan dari BI karena ketika suku bunga (terutama kredit perbankan) murah, maka rumah tangga dan dunia usaha akan tertarik untuk mengakses kredit dan menambah daya beli mereka.
Dari perspektif investor, suku bunga acuan yang tinggi menekan harga aset pendapatan tetap karena menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan aset investasi berbasis bunga seperti deposito.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA