Jakarta, wmhg.org Indonesia – Bank Indonesia (BI) mencatat peningkatan drastis transaksi tanpa menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) selama 2023. Transaksi itu menggunakan instrumen local currency transaction atau LCT dengan sejumlah bank sentral negara mitra.
Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, pemanfaatan LCT hingga akhir 2023 telah setara US$ 6,3 miliar. Naik 53% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu senilai US$ 4,1 miliar.
LCT posisi akhir 2023 tercatat sebesar US$ 6,3 miliar dan peningkatan 53% dibandingkan periode sebelumnya di tahun 2022 sebesar US$ 4,1 miliar, kata Destry saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Baca:
IHSG Berhasil Pangkas Koreksi, Tapi 6 Saham Ini Tetap Jadi Beban
Meski begitu, Destry menekankan, pada periode Januari 2024 ada sedikit perlambatan transaksi dengan LCT. Namun, ia menekankan ini merupakan pola musiman karena transaksi awal tahun kerap tak setinggi periode Desember 2023.
Januari 2024 itu US$ 444 juta, tapi dibandingkan jumlah pelaku ada peningkatan cukup signifikan. Di Januari jumlah pelakunya sudah mencapai 3.530 nasabah dibandingkan rata-rata tahun lalu 2.602, ucap Destry.
Kita masih melihat dominasi di Malaysia. menarik untuk Tiongkok mulai aktif kembali, kan 2023 agak sedikit slow down, ucapnya.
Sebagai informasi, pada awal tahun ini BI telah memperkuat komitmennya untuk \’membuang\’ dolar Amerika Serikat saat bertransaksi dengan mitra dagang utamanya. Caranya dengan memperkuat penggunaan local currency transaction (LCT).
Baca:
Simak! Keputusan Lengkap BI Tahan Suku Bunga Acuan 6%
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan LCT yang memanfaatkan mata uang masing-masing negara saat bertransaksi akan terus diperluas, tidak hanya dengan Jepang, melainkan akan merembet ke China, hingga Korea Selatan.
Penggunaan local currency transaction, yang terus diperluas tidak hanya dengan Jepang tapi Tiongkok dan Korea Selatan, dan khususnya dengan negara ASEAN seperti Malaysia, dan Thailand, kata Perry saat konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024, Selasa (30/1/2024).
Perry memastikan, dengan mekanisme LCT itu, stabilitas makro Indonesia akan terus terjaga kuat, lantaran salah satu faktor fundamentalnya, yakni stabilitas nilai tukar rupiah bisa lebih stabil karena tidak tergantung dengan pasokan dolar.
Dengan ini juga mendukung perdagangan dan stabilitas nilai tukar di kawasan, tegas Perry.
BI telah menggandeng Bank of Korea (BOK) sepakat menyusun sebuah framework atau kerangka kerja LCT dalam suatu Operational Guidelines atau pedoman operasional. Selain Korea, BI juga menargetkan penerapan LCT di India, Arab dan Singapura. Adapun, LCT telah berlaku di 4 negara yakni Thailand, Malaysia, Jepang dan Tiongkok.