Jakarta, wmhg.org Indonesia– Bank-bank BUMN ramai-ramai menurunkan target pertumbuhan penyaluran kredit di tahun ini. Revisi ini dilakukan seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19 dan membuat bank-bank tak bisa agresif dalam menyalurkan kredit. Bahkan beberapa bank melakukan perubahan rencana bisnis bank (RBB) hingga akhir 2020.
Dengan target yang dipatok saat ini pun bank-bank ini menyebut akan menyalurkan kredit dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu bank ini juga menargetkan pada sektor-sektor yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan. Pertumbuhan penyaluran kredit ini juga didorong dengan penempatan deposito dari pemerintah secara total Rp 30 triliun sebagai dana pemulihan ekonomi nasional (PEN).
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan pertumbuhan moderat tahun ini di angka satu digit. Direktur Keuangan Bank Mandiri Silvano Rumantir mengatakan perusahaan masih akan berfokus pada restrukturisasi nasabah tahun ini.
Jadi target loan sampai akhir tahun tetap sehat, tetap mungkin single digit. Di tengah pandemi ini tentu ada debitur sektor yang terdampak karena itu kita tumbuh hati-hati, selain itu akan fokus untuk melakukan restrukturisasi untuk debitur yang masih memerlukan karena terdampak Covid dan selain itu dukung program pemerintah, kata Silvano dalam press conference kinerja Bank Mandiri, Rabu (19/8/2020).
Baca:
Bidik Laba Bersih Rp 1,2 T di Akhir 2020, Begini Strategi BTN
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan pada 2020 perseroan fokus pada mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kredit yang selektif karena terjadi pandemi covid-19. Selain itu, perusahaan juga menerapkan efisiensi biaya, fokus pada peningkatan produktivitas dan penurunan biaya operasional, sudah turun 8,7%. Hingga akhir tahun NPL Bank Mandiri diharapkan terjaga di kisaran 3,4-3,6%.
Meningkatkan akselerasi digital banking. Untuk jaga kinerja antara lain dengan meningkatkan pengguna aktif mandiri online. Sampai Juni 2020 penguna aktif 3,8 juta nilai transaksi tumbuh 43% year on year, kata Royke, dalam paparan virtual hari ini, Rabu (18/8/2020).
Sejalan dengan itu, bank dengan aset terbesar dalam negeri PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga melakukan revisi rencana bisnis bank (RBB) yang telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Target kredit perusahaan pun juga diturunkan separuh dari target kredit perusahaan yang telah direncanakan di tahun lalu.
Dalam situasi seperti ini kami harus merevisi rencana bisnis bank, dalam revisi RBB dilakukan revised down proyeksi, terutama penyaluran kredit. Tadinya tumbuh double digit, tetapi dalam revisi menjadi 4-5%, kata Sunarso, Direktur Utama BRI dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal II, Rabu (19/08/2020).
Selain itu hingga akhir 2020, LDR hingga akhir tahun ditargetkan 90% dan bergerak kisaran plus minus 2%, dengan credit cost 3,5%. Kemudian NIM ditargetkan mencapai 5% hingga akhir tahun, dengan pertumbuhan fee income sekitar 7%. Sementara pertumbuhan biaya operasional (opex) berkisar 9%, dan NPL dengan adanya relaksasi diperkirakan 3%.
Sementara itu hingga akhir tahun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menargetkan penyaluran kredit yang lebih rendah di tahun ini, yakni di kisaran 2%-4%. Kendati hingga Juni 2020 lalu perusahaan telah mencapai pertumbuhan kredit di angka 5%.
Baca:
Mantap, Titipan Dana Sri Mulyani di 4 Bank BUMN Beranak-Pinak
Selain itu, LDR hingga akhir tahun diperkirakan 90-92% dengan net interest margin (NIM) 3,7-4% dan credit cost 3-3,5%. Sementara itu NPL ditargetkan terjaga dibawah 5%, yakni 3,7-4,5%.
Kita proyeksikan 2%-4% kredit, sampai Juni sudah 5% sehingga tinggal maintain pertumbuhan kredit dengan pilih selektif untuk gantikan kredit kita yang akan ada pembayaran atau pelunasan sesuai jatuh tempo, kata Sigit Prastowo, Direktur Keuangan BNI, Selasa (18/8/2020).