Jakarta, wmhg.org Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka variatif cenderung dalam tekanan pada perdagangan Selasa (6/7/2021), usai libur Hari Kemerdekaan AS kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 100 poin pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan selang 25 menit menjadi minus 125,8 poin (-0,36%) ke 34.660,51. Namun, Nasdaq tumbuh 9,4 poin (+0,06%) ke 14.648,73 dan S&P 500 naik 6,6 poin (-0,15%) ke 4.345,78.
Koreksi Dow Jones dipicu oleh ambruknya saham JPMorgan, Chevron dan Goldman Sachs. Saham aplikasi sewa mobil Didi-yang baru saja listing di Wall Street pekan lalu-anjlok 25% setelah China mengumumkan aturan bahwa aplikasi tersebut tidak bisa diunduh jika belum ada review mengenai keamanan siber.
Sebaliknya, saham Amazon lompat nyaris 2% setelah Andy Jassy resmi ditunjuk sebagai CEO, menggantikan Jeff Bezos yang kini menjadi executive chairman. Hal ini membantu reli indeks Nasdaq. Pekan lalu, indeks yang berisi saham teknologi ini mencetak rekor tertinggi.
Indeks S&P 500 juga berkinerja bagus, dengan mencetak reli mingguan selama 7 pekan beruntun, menjadi yang terpanjang sejak Agustus. Sepanjang tahun berjalan, IHSG-nya Wall Street ini menguat hingga nyaris 16%.
Sejak Oktober, kita telah mengalami koreksi sebesar 5%. Saya pikir kita kini berada di era eforia jangka pendek. Kita perlu berhati-hati dan saya pikir anda ingin berada di perusahaan yang tumbuh, jangan hanya mengejar pasar karena saya pikir pasar akan sangat pemilih terkait sektor yang akan menguat, tutur Sarat Sethi, Manajer Portofolio DCLA, kepada wmhg.org International.
Konsensus pasar memprediksi indeks S&P 500 akan di level 4.276 pada akhir tahun nanti, atau terhitung anjlok 2% dari penutupan Jumat kemarin sebesar 4.352,34. Konsensus ini disusun oleh wmhg.org Market Strategist terhadap 16 analis top di Wall Street.
Investor masih menunggu hasil nota rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) Juni lalu, untuk mencari tahu mengenai situasi di balik layar terkait penentuan kebijakan moneter dalam rapat terbaru yang lalu.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik ke US$ 76,98 per barel-level tertinggi sejak November 2014, sebelum surut menjadi US$ 76,38/barel. Sementara itu, harga acuan minyak internasional jenis Brent naik 0,2% ke US$ 77,32/barel, atau tertinggi sejak 2018.
Kenaikan harga terjadi setelah rapat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang juga dihadiri sekutunya yakni Rusia dkk gagal mencapai kesepakatan mengenai penghentian pemangkasan produksi.
Forum memutuskan rapat ditunda setelah Uni Emirat Arab kembali menolak usulan penundaan penaikan produksi. Akibat penundaan rapat tersebut, suplai minyak mentah berpeluang tak cukup memenuhi kenaikan permintaan akibat pembukaan ekonomi di beberapa negara maju.
TIM RISET wmhg.org INDONESIA