Jakarta – Chainanalysis melaporkan, sebanyak USD 2,2 miliar atau sekitar Rp 35,55 triliun (kurs Rp 16.100 per dolar AS) dicuri dalam 303 peretasan kripto pada 2024. Laporan menunjukan, peretas dari Korea Utara bertanggung jawab atas lebih dari 60 persen kripto yang dicuri.
Peretasan kripto tetap menjadi perhatian serius bagi ekosistem kripto. Laporan Chainalysis menunjukkan, USD 2,2 miliar hilang akibat peretas pada 2024 melalui 303 insiden peretasan.
Ini mengikuti tren yang mengkhawatirkan pada 2018, 2021, 2022, dan 2023. Setidaknya, kripto senilai USD 1,5 miliar telah dicuri. Catatan pada tahun ini menjadikannya sebagai yang kelima.
Mengutip laporan dari laman bitcoin news, Senin (23/12/2024), jumlah kripto yang dicuri pada 2024 meningkat sebesar 21,07 persen dari tahun ke tahun, dengan 303 insiden peretasan dibandingkan dengan 282 pada tahun 2023.
Menariknya, sebagian besar peretasan terjadi antara Januari dan Juli 2024 dengan USD 1,58 miliar yang dicuri dalam periode tersebut.
Pada tahun-tahun sebelumnya, target utama peretasan kripto adalah platform keuangan terdesentralisasi (defi). Oleh sebab kecenderungan para pendiri untuk memprioritaskan ekspansi cepat daripada keamanan.
Namun, pada 2024 terjadi pergeseran sistematis dengan platform terpusat yang menjadi target secara signifikan. Peretasan platform terpusat yang paling terkenal, termasuk DMM Bitcoin mengakibatkan kerugian USD 305 juta, dan WazirX yang mengakibatkan kerugian USD 234,9 juta.
Perubahan strategi peretas dari defi ke layanan terpusat ini menekankan betapa pentingnya mengamankan mekanisme yang ramah peretas seperti kunci privat (private key). Pada 2024, kunci privat telah menyumbang 43,8 persen dari semua pencurian kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.