Jakarta – Bolivia memutuskan untuk menggunakan mata uang kripto untuk membayar impor energi di tengah kekurangan dolar dan krisis bahan bakar di negara itu.
Mengutip Channel News Asia, Kamis (13/3/2025) pembelian minyak dan gas dengan penggunaan kripto dilakukan oleh perusahaan energi yang dikelola pemerintah Bolivia, YPFB.
Baca Juga
-
Satu-satunya di Dunia, Kota Ini Izinkan Wisatawan Beli Dinamit Secara Legal
-
VIDEO: Kecelakaan Bus Maut di Bolivia Tewaskan 37 Orang, 39 Lainnya Luka-Luka
-
Kecelakaan Bus di Bolivia Tewaskan 30 Orang, 14 Penumpang Termasuk Anak-anak terluka
Dilaporkan, Bolivia tengah dihadapi dengan penurunan cadangan mata uang asing setelah ekspor gas alamnya menurun selama beberapa tahun, yang telah memicu krisis bahan bakar di negara itu dengan antrean panjang di pom bensin dan protes di sejumlah wilayahnya.
Seorang juru bicara YPFB mengatakan, pihaknya telah menerapkan sebuah sistem penggunaan mata uang kripto untuk membeli impor bahan bakar setelah persetujuan pemerintah menggunakan aset digital guna membantu memenuhi permintaan energi.
Mulai sekarang, transaksi (mata uang kripto) ini akan dilakukan, kata juru bicara YPFB.
Perusahaan itu menambahkan bahwa sistem pembelian baru itu dirancang untuk membantu mendukung subsidi bahan bakar nasional di Bolivia di tengah kekurangan mata uang keras.
Seorang juru bicara pemerintah juga mengatakan bahwa YPFB sebelumnya belum pernah menggunakan mata uang digital untuk membeli impor energi, tetapi sudah direncanakan untuk melakukannya.
Bolivia, yang selama puluhan tahun menjadi pengekspor energi bersih karena cadangan gasnya yang besar, telah menjadi bergantung pada impor karena produksi gas dalam negeri telah berkurang di tengah kurangnya penemuan baru yang besar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.