Jakarta – Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, mengalami penurunan signifikan pada Senin, jatuh di bawah USD 100.000 tepatnya di kisaran USDÂ 98.000 atau setara Rp 1,58 miliar (asumsi kurs Rp 16.213 per dolar AS).Â
Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (28/1/2025), angka ini merupakan kemerosotan tajam dari valuasi hampir USD 110.000 yang dicapai sebelum pelantikan Donald Trump.
Salah satu pendiri BitMEX, Arthur Hayes memperkirakan Bitcoin dapat menghadapi koreksi lebih lanjut hingga ke kisaran USD 70.000 atau setara Rp 1,13 miliar hingga USD 75.000 atau setara Rp 1,21 miliar dalam waktu dekat, menyebutnya sebagai dampak dari krisis keuangan mini yang semakin nyata.Â
Namun, Hayes tetap optimistis untuk jangka panjang, memprediksi Bitcoin dapat melonjak hingga USD 250.000 pada akhir 2025, didorong oleh dimulainya kembali pencetakan uang.
Pemicu Utama Penurunan
Salah satu pemicu utama penurunan ini adalah popularitas aplikasi kecerdasan buatan murah asal Tiongkok, DeepSeek, yang diluncurkan baru-baru ini. Selain Bitcoin, saham teknologi besar seperti Nvidia, Microsoft, dan Meta juga mengalami penurunan tajam pada hari yang sama.
Pasar kripto secara keseluruhan turut merosot, dengan kerugian sekitar USD 864 juta menurut data terbaru dari CoinGlass. Minggu ini, perhatian investor tertuju pada pengumuman Federal Reserve AS terkait suku bunga.Â
Analis memprediksi suku bunga akan tetap berada di antara 4,25 persen dan 4,5 persen. Jika suku bunga tidak berubah, harga Bitcoin diperkirakan akan tetap stabil karena mencerminkan keberlanjutan kebijakan moneter saat ini.