Jakarta – Pasar kripto memulai pekan ini dengan positif, ditandai oleh menguatnya harga Bitcoin yang sempat melampaui level USD 66.000 atau setara Rp 1,02 miliar (asumsi kurs Rp 15.575 per dolar AS) mencatat kenaikan 6 persen seminggu terakhir.
Namun setelah Bitcoin berhasil mencapai harga USD 66.300, apakah momentum bullish ini bisa dipertahankan?
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menjelaskan, analisis teknikal menunjukkan bitcoin (BTC) bertengger di USD 65.850. Saat in, jika BTC dapat bertahan di atas support USD 64.000, dapat melanjutkan kenaikan ke USD 68.000.
Sementara, jika turun di bawah support, maka BTC potensi akan retest terlebih dahulu ke resistance trendline di sekitar MA-20 di level USD 63.000,” kata Panji dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (16/10/2024).
Panji menambahkan, kenaikan Bitcoin seminggu terakhir didorong oleh beberapa faktor, termasuk data inflasi AS untuk September yang naik 2,4 persen YoY, sedikit lebih tinggi dari proyeksi 2,3 persen YoY, tetapi masih di bawah periode Agustus yang mencapai 2,5 persen YoY.
Meskipun demikian, ekspektasi pemangkasan suku bunga tetap kuat, sehingga sentimen terhadap aset berisiko seperti Bitcoin tetap positif.
Arus Keluar ETF Bitcoin
Sementara, meskipun terjadi arus keluar modal sebesar USD 300 juta dari ETF BTC spot di AS pada akhir September hingga awal Oktober, perdagangan ETF BTC spot berhasil mencatatkan USD 308 juta pekan lalu.
“Hal ini menunjukkan minat investor terhadap Bitcoin, masih sangat positif, bahkan mampu menutupi aliran negatif yang terjadi pada pekan pertama Oktober,” ujar Panji.
Salah satu narasi yang mendukung kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini adalah meningkatnya peluang Donald Trump dalam pemilihan AS, yang terlihat melalui peningkatan popularitas peluang kemenangan di Polymarket mencapai 55 persen. Hal ini mengingatkan kembali pada situasi serupa pada Juli ketika harga Bitcoin sempat menyentuh USD 70.000.