Jakarta – Peneliti kripto Markus Thielen, memprediksi peluang harga jangka panjang untuk Bitcoin mungkin akan muncul, namun bisa menghadapi tekanan jangka pendek akibat kekhawatiran resesi.
Mungkin terlalu dini bagi para pendukung Bitcoin untuk mulai bersikap optimis terhadap dampak jangka panjang dari potensi resesi terhadap harga Bitcoin.
Dalam laporan pasar tanggal 11 April, Thielen mengatakan bahwa selisih kredit (credit spreads) terus melebar, yang mengindikasikan bahwa kekhawatiran akan resesi mungkin semakin meresap ke dalam perekonomian.
Berharap adanya impuls bullish saat ini masih terlalu dini, katanya.
Bitcoin mungkin menghadapi tekanan jangka pendek.
Meskipun dampak jangka panjang dari resesi bisa menjadi sentimen positif untuk Bitcoin karena pelonggaran moneter yang biasanya menyusul setelah pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS — Thielen memperingatkan bahwa Bitcoin mungkin akan menghadapi hambatan sebelum memperoleh momentum kenaikan.
Biasanya, Bitcoin justru mengalami penurunan saat China melakukan devaluasi atau ketika The Fed memangkas suku bunga, karena pemangkasan pertama mungkin tidak terlalu berdampak dan juga mengonfirmasi lemahnya kondisi ekonomi, kata Thielen dikutip dari Cointelegraph.com, Sabtu (12/4/2025).
Kepala kebijakan kripto dan AI di Gedung Putih, David Sacks, mengatakan dalam unggahan X pada 10 April bahwa ini adalah waktunya untuk memangkas suku bunga setelah Indeks Harga Konsumen Inti (CPI) naik 2,8% secara tahunan untuk bulan Maret, angka terendah sejak Maret 2021.
Alat FedWatch milik CME Group menunjukkan kemungkinan sebesar 64,8% bahwa tidak akan ada pemangkasan suku bunga dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada bulan Mei.