Jakarta – Aplikasi perpesanan Telegram, dilaporkan memiliki aset mata uang kripto senilai USD 400 juta atau Rp 6,2 triliun pada akhir 2023.
Kepemilikan itu tercatat dalam laporan keuangan perusahaan 2023, yang tengah menjadi sorotan menyusul penahanan CEO-nya Pavel Durov di Prancis pekan lalu. Mengutip Cointelegraph, Senin (2/9/2024) dilaporkan bahwa sekitar 40% pendapatan Telegram berasal dari aktivitas terkait aset digital di bawah kategori dompet terintegrasi dan penjualan barang koleksi.
Laporan yang merujuk pada laporan keuangan Telegram pada 2023 mengatakan bahwa dompet terintegrasi adalah program perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan, mengirim, menerima, dan memperdagangkan aset kripto.
Mengenai penjualan barang koleksi, laporan itu mencatat, perusahaan juga memfasilitasi transaksi antar pengguna untuk penjualan barang koleksi ini dan memperoleh biaya untuk menyediakan layanan ini.
Tercatat pada akhir 2023, aplikasi tersebut memiliki sekitar empat juta pengguna premium, jumlah yang telah tumbuh menjadi lebih dari lima juta.
Pada tahun tersebut Telegram membukukan kerugian operasional sebesar USD 108 juta atau Rp 1,6 triliun meskipun menghasilkan pendapatan sebesar USD 342,5 juta atau Rp 5,3 triliun.
Menurut Statista, Telegram mencatat pendapatan dalam aplikasi sebesar USD 11,66 juta (Rp.181,1 miliar) dalam dua bulan pertama tahun 2024 dan telah mengumpulkan lebih dari USD 4 miliar (Rp.62,1 triliun) dalam pendanaan sejak diluncurkan.
India menjadi negara dengan unduhan Telegram tertringgi pada tahun 2023, dengan 83,85 juta pengguna, sementara Amerika Serikat berada di peringkat ketiga dengan 29,92 juta unduhan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.