Jakarta CEO manajer aset dan investasi ternama di AS BlackRock, Larry Fink mengungkapkan perkiraannya pada masa depan kripto dan harga Bitcoin ke depan.
Dalam sebuah wawancara di konferensi Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Fink mengungkapkan bahwa ia meramal harga Bitcoin dapat naik hingga USD 700.000 (Rp 11,3 miliar) per koin di tengah kekhawatiran penurunan nilai mata uang.
CEO Blackrock bilang, alokasi kecil kolektif dari manajer aset antara 2%–5% dapat menjadi pendorong kenaikan harga Bitcoin.
“Jika Anda takut dengan penurunan nilai mata uang Anda atau Anda takut dengan stabilitas ekonomi atau politik negara Anda, Anda dapat memiliki instrumen berbasis internasional yang disebut Bitcoin yang akan mengatasi ketakutan lokal tersebut,” ujar Fink kepada Bloomberg.
“Jadi, saya sangat percaya pada pemanfaatan itu sebagai instrumen,” lanjutnya.
Selain itu, Fink juga menegaskan pernyataannya dengan menambahkan bahwa ia tidak mempromosikan kripto Bitcoin.
Fink juga mengatakan bahwa ia khawatir tentang kemungkinan inflasi Amerika Serikat yang meningkat selama 12 bulan ke depan.
Ia memperingatkan ada bahaya joka mengasumsikan tingkat inflasi puncak AS sudah tercapai.
Data Inflasi AS
Data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahunan AS untuk tahun 2024 sedikit lebih rendah dari yang diharapkan, yakni sebesar 3,2%. Analis memperkirakan 3,3%.
Namun, beberapa investor dan analis berpendapat bahwa IHK, yang mengukur inflasi berdasarkan keranjang barang-barang rumah tangga umum yang berputar, merupakan ukuran inflasi yang buruk.
Proposal pemegang saham yang diajukan ke Meta pada Januari 2025 menunjukkan, yang meminta perusahaan untuk mengadopsi Bitcoin sebagai aset cadangan, menunjukkan bahwa tingkat inflasi sebenarnya bisa dua kali lipat dari angka IHK yang dilaporkan.
Menurut lembaga pemikir tersebut, inflasi IHK rata-rata selama empat tahun terakhir mencapai sekitar 4,95% dan mencapai puncaknya pada 9,1% pada bulan Juni 2022.
“Pada kenyataannya, tingkat inflasi sebenarnya jauh lebih tinggi, dengan beberapa penelitian memperkirakannya hampir dua kali lipat IHK pada saat-saat tertentu. Jadi aset perusahaan perlu meningkat nilainya pada tingkat tersebut agar bisa mencapai titik impas,” tulis penulis proposal tersebut.