Jakarta – Era Non-fungible token (NFT) menggemparkan ekosistem game blockchain. Ceruk aset digital unik ini menjadi salah satu topik yang paling banyak dibahas pada 2021, dengan beberapa pakar menyebutnya sebagai masa depan game.
Namun sebagian besar game berorientasi NFT yang menjadi berita utama saat itu tidak aktif atau kehilangan daya tariknya. Untuk memberikan sedikit konteks lebih lanjut, token hadiah dalam game Axie Infinity, Smooth Love Portion (SLP), saat ini diperdagangkan dengan diskon 99% dari harga tertinggi sepanjang masa sebesar USD 0,3997 pada puncak popularitas NFT.
Sementara itu, kartu langka God’s Unchained turun dari harga rata-rata sekitar USD 10.000 menjadi hanya USD 100.
Melansir Coingape, Minggu (17/11/2024), penurunan nilai aset game NFT yang signifikan ini tidak hanya mengurangi daya tarik game blockchain tetapi juga menuai banyak kritik.
Sebagian besar penentang berpendapat bahwa game blockchain tidak akan mampu mengejar game atau infrastruktur tradisional karena beberapa alasan; gameplay yang buruk, tokenomik yang cacat untuk mempertahankan ekonomi yang didorong insentif, dan terlalu banyak hal teknis, sehingga mengabaikan pengembang game Web2 yang tertarik.
Fajar Baru untuk Game Blockchain
Sampai batas tertentu, argumen ini masuk akal, tetapi melihat perkembangan pasca hype NFT, sepertinya NFT menyiapkan panggung untuk era game yang lebih disruptif. Pasar yang lesu adalah untuk membangun kripto dan itulah yang telah dilakukan oleh para inovator dan pemangku kepentingan terkait lainnya selama dua tahun terakhir. Bagian ini akan menyoroti tiga tren utama yang memperkuat teknologi blockchain sebagai masa depan ekosistem game.
Pada masa-masa awal NFT, sebagian besar pengembang game yang ingin membuat game di blockchain terbatas karena kesenjangan pengetahuan teknis. Meskipun masih merupakan konsep baru, gagasan infrastruktur game blockchain Platform Web3 Publisher-as-a-Service (PaaS) merupakan langkah besar menuju pembangunan lingkungan yang lebih akomodatif.