Jakarta Mata uang kripto jatuh di tengah aksi jual pasar global yang dipicu oleh ketakutan akan resesi. Harga bitcoin anjlok lebih dari 14% pada hari Senin menjadi USD 50.759,96 dan sedang menuju hari terburuknya sejak Juni 2022. Pada satu titik, anjlok ke USD 49.111,10 dan menjadi level terendah sejak 13 Februari.
Dikutip dari CNBC, Selasa (5/8/2024), Bitcoin telah turun hampir 18% sejak Sabtu lalu. Sedangkan pada 20 Juli lalu, harga Bitcoin naik hingga USD 69.982.
“Penurunan tiga puluh persen, meskipun menakutkan, adalah hal yang wajar selama pasar bullish dan hal itu menggembirakan karena bitcoin bangkit kembali di atas $50.000,” kata pendiri Nexo, Antoni Trenchev.
“Namun jangan salah, kita berada dalam lingkungan pasar yang tidak stabil dan tidak menentu… saat untuk berubah menjadi bullish adalah ketika Bitcoin kembali mencapai rata-rata pergerakan 200 harinya, yang biasanya memberi tahu kita apakah kita berada dalam pasar bullish atau bearish, pada USD 61.500,” lanjut dia.
Saham Kripto
Saham kripto termasuk yang paling terpukul dalam perdagangan pra-pasar. Coinbase mengalami penurunan sebesar 18%, sementara Micro Strategy anjlok hampir 22%. Saham pertambangan juga mengalami kerugian dua digit.
Pergerakan ini mengikuti aksi jual pasar yang lebih luas yang dimulai minggu lalu, ketika laporan pekerjaan bulan Juli yang lebih lemah dari yang diantisipasi memicu kembali kekhawatiran investor akan resesi. Indeks saham Nasdaq Composite yang sarat teknologi mengalami koreksi. Saham Jepang memasuki pasar yang lesu pada hari Senin setelah anjlok lebih dari 12% dalam semalam, tercatat sebagai aksi jual satu hari terburuk sejak 1987.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.