Jakarta – Manajer Aset VanEck, penerbit ETF bitcoin spot dan ether prediksi, harga bitcoin (BTC) dapat menyentuh USD 2,9 juta atau sekitar Rp 47,22 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 16.285) pada 2050. Namun, harga BTC itu dapat tercapai usai melewati sejumlah tantangan.
Mengutip Yahoo Finance, ditulis Senin (29/7/2024), berdasarkan asumsi VanEck dalam laporan Rabu pekan lalu, bitcoin akan menjadi bagian penting dari sistem moneter internasional dalam beberapa dekade mendatang. Hal ini karena meningkatnya ketegangan geopolitik dan biaya pembayaran utang yang membengkak mengikis sistem saat ini.
Saat kita melihat dunia saat ini, kita melihat ketidakseimbangan ekonomi yang sangat besar, meningkatnya ketidakpercayaan pada lembaga yang ada dan deglobalisasi yang berkelanjutan, ujar Head of Digital Asset Research Van Eck, Matthew Sigel seperti dikutip dari Yahoo Finance.
Ia menambahkan, pihaknya memandang banyak dari distorsi ini berasal dari salah alokasi modal yang sangat besar sejak krisis keuangan global. Pemerintah (negara-red) G7 telah menyalahgunakan mesin cetak, habiskan uang pinjaman untuk tujuan yang mustahil, ujar Sigel.
Sigel menilai, bitcoin adalah lindung nilai utama terhadap meningkatnya kecerobohan fiskal ini.
Pada skenario dasar laporan itu,bitcoin akan menjadi media pertukaran utama dalam perdagangan lokal dan global yang mewakili 10 persen perdagangan internasional dan lima persen produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, bitcoin juga akan memperoleh keuntungan sebagai aset cadangan global dengan mengorbankan empat mata uang asing cadangan terbesar antara lain dolar AS, euro, pound Inggris dan yen Jepang yang mencapai bobot 2,5 persen dalam cadangan mata uang internasional.
Jika semuanya berjalan sesuai prediksi VanEck, harga bitcoin akan meningkat nilainya sebanyak 44 kali lipat, naik 16 persen per tahun dari harga di bawah USD 65.000. Kapitalisasi pasar akan melonjak hingga USD 61 triliun.