Jakarta Harga Bitcoin kembali stabil di kisaran USD 100.000 atau setara Rp 1,62 miliar (asumsi kurs Rp 16.220 per dolar AS), namun riset menunjukkan pasar belum mengalami euforia ekstrem Bitcoin.
Data dari CryptoQuant mengungkapkan investor baru, yang dilacak melalui output transaksi yang belum dibelanjakan, belum mencapai level yang biasanya terlihat selama puncak bull market sebelumnya pada 2013, 2017, dan 2021.
Harga Bitcoin telah bergerak stagnan selama lebih dari dua bulan, memicu harapan akan terobosan harga. Para pedagang memperkirakan jika harga berhasil ditutup di atas USD 110.000, ini bisa membuka jalan bagi reli lebih lanjut.
Analis CryptoQuant, Jelle menyoroti pola panji bullish, di mana jika Bitcoin menembus level tersebut, target berikutnya bisa mencapai sekitar USD 145.000 atau setara Rp 2,35 miliar. Banyak analis berpendapat pergerakan harga yang mendatar saat ini pada akhirnya akan berujung pada lonjakan lebih lanjut.
Pemegang Bitcoin Jangka Pendek
Secara historis, puncak pasar ditandai dengan dominasi pemegang jangka pendek mereka yang memegang Bitcoin kurang dari tiga bulan mencapai lebih dari 70 persen. Saat ini, angka tersebut hanya sedikit lebih dari setengahnya, mengindikasikan pasar masih memiliki ruang untuk tumbuh sebelum mencapai puncaknya.
Glassnode juga mengonfirmasi jumlah Bitcoin yang dipegang investor baru masih jauh di bawah level tertinggi sepanjang masa sebelumnya. Meskipun partisipasi investor baru meningkat, CryptoQuant menilai belum ada tanda-tanda kepanikan beli yang berlebihan.
“Ini menunjukkan harga kripto Bitcoin masih berpotensi naik lebih jauh, tetapi pedagang perlu memantau keseimbangan antara kepemilikan jangka pendek dan jangka panjang sebagai indikator potensi puncak pasar,” kata CryptoQuant dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (30/1/2025).