Jakarta – Sebuah studi terbaru menunjukkan harga Bitcoin berpotensi mencapai USD 1 juta atau setara Rp 16,8 miliar (asumsi kurs Rp16.863 per dolar AS) pada awal 2027, seiring dengan meningkatnya penarikan harian dari pasokan likuid yang melebihi 1.000 BTC.
Melansir dari Yahoo Finance, Sabtu (19/4/2025), prediksi ini dibuat berdasarkan model ekonomi fundamental yang mengkaji efek akumulasi institusional dan penurunan pasokan terhadap harga Bitcoin.
Studi berjudul “Kerangka Kerja Pasokan dan Permintaan untuk Perkiraan Harga Bitcoin” ini dipublikasikan dalam Jurnal Manajemen Risiko dan Keuangan, dan mengandalkan pendekatan ekuilibrium antara pasokan dan permintaan yang dibangun dari sistem penerbitan tetap milik Bitcoin.
Tidak seperti komoditas tradisional, Bitcoin tidak bisa diproduksi lebih banyak saat permintaan meningkat, membuatnya sangat rentan terhadap guncangan pasokan.
“Parameterisasi ini menunjukkan bahwa Bitcoin akan mencapai harga USD 1 juta pada awal 2027 untuk semua tingkat penarikan lebih dari 1000 Bitcoin per hari,” demikian pernyataan studi tersebut.
Lonjakan Permintaan Bisa Ciptakan Kelangkaan Ekstrem
Dalam laporan itu dijelaskan bahwa jika penarikan harian dari pasokan beredar tetap di atas 1.000 BTC, harga Bitcoin akan bergerak secara hiperbolik, bahkan meninggalkan kurva adopsi normal pada tahun 2028. Artinya, di titik tersebut, kelangkaan pasokan akan menjadi faktor dominan yang menggerakkan harga.
Dalam skenario yang lebih agresif, proyeksi harga Bitcoin bahkan jauh lebih tinggi. Studi tersebut memperkirakan bahwa apabila laju penarikan terus meningkat tajam, harga Bitcoin berpotensi mencapai USD 2 juta pada tahun 2027, dan bisa terus melonjak hingga USD 5 juta pada tahun 2031.
Meskipun terdengar fantastis, angka-angka ini menggambarkan dampak ekstrem dari dinamika penawaran yang sangat terbatas dipadukan dengan lonjakan permintaan institusional.
Namun demikian, para penulis studi juga mengimbau agar tidak terlalu berlebihan dalam menafsirkan proyeksi harga tertinggi tersebut. Mereka menyarankan untuk melihat prediksi ini sebagai skenario berdasarkan asumsi fundamental yang kuat, bukan kepastian absolut.
Bitcoin Kian Dipandang Sebagai Aset Strategis Makro
Studi ini juga menyebut bahwa semakin banyak faktor perilaku yang mendorong pergeseran Bitcoin ke tangan para pemegang jangka panjang. Artinya, permintaan baru akan semakin sensitif terhadap harga, karena hanya ada sedikit BTC yang tersedia untuk dibeli di pasar terbuka.
Dengan kondisi tersebut, Bitcoin makin dipandang sebagai aset strategis makro, bukan hanya alat spekulasi. Hal ini sejalan dengan peningkatan adopsi institusional dan keterbatasan suplai yang tak bisa ditambah sesuka hati.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.