Jakarta Bitcoin kembali naik melewati USD 100.000 atau setara Rp 1,6 miliar (asumsi kurs Rp 16.386 per dolar AS). Naikknya harga Bitcoin ini setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan membantu menghidupkan kembali permintaan untuk aset berisiko mulai dari ekuitas hingga mata uang kripto.
Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (16/1/20250, aset digital terbesar di dunia itu telah diperdagangkan dalam kisaran USD 90.000 hingga USD 100.000 selama empat minggu terakhir. Token tersebut naik sebanyak 3,9 persen menjadi USD 100.222.
Terakhir kali mencapai USD 100.000 pada 7 Januari 2025, atau sekitar USD 8.000 di bawah titik tertinggi sepanjang masa yang ditetapkan pada 17 Desember 2024. Â
Adapun korelasi antara Bitcoin dan saham teknologi AS telah mencapai titik tertinggi dalam dua tahun, karena reaksi pasar ekuitas terhadap data inflasi AS pada Rabu membantu menetapkan level yang lebih kuat untuk token digital.
Koefisien korelasi 30 hari untuk mata uang kripto terbesar dan Indeks Nasdaq 100 berada pada sekitar 0,70, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Angka 1 menunjukkan aset bergerak seirama, sementara minus 1 menandakan hubungan yang terbalik.
Inflasi AS
Laporan inflasi menunjukkan kenaikan harga sebesar 2,9 persen dari tahun ke tahun, memenuhi ekspektasi, dan inflasi inti bulan ke bulan sebesar 0,2 persen, di bawah ekspektasi analis.Â
Pasar telah khawatir tentang ruang lingkup Federal Reserve untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut di tengah ekonomi AS yang kuat dan ketidakpastian atas dampak agenda Donald Trump.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.