Jakarta – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali memanas dengan kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik yang memicu volatilitas tinggi di pasar global.
Namun, di tengah ketidakpastian yang melanda pasar saham dan komoditas, Bitcoin justru tampil sebagai aset yang menunjukkan ketahanan luar biasa, membuka peluang investasi kripto yang semakin menjanjikan.
Baca Juga
-
Peluang Karir di Industri Kripto dan Blockchain Indonesia Semakin Menjanjikan
-
Melo Movie, Medium Park Bo Young untuk Menerima Sisi Lain Dirinya Sendiri
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, momentum geopolitik seperti ini menjadi peluang menarik bagi investor yang ingin melakukan diversifikasi aset ke kripto, khususnya Bitcoin (BTC).
Bitcoin justru bertahan stabil di atas USD 80.000, sementara aset tradisional terpukul lebih dalam,” kata Fyqieh kepada www.wmhg.org, Rabu (16/4/2025), merujuk pada penurunan tajam Nasdaq dan S&P 500 pada awal April akibat kebijakan “Hari Pembebasan Tarif” Presiden Trump.
Performa Bitcoin Tetap Tangguh
Menurut Fyqieh, performa Bitcoin yang tetap tangguh di tengah gejolak ekonomi global memperkuat narasi bahwa kripto, terutama BTC, kini mulai diposisikan sebagai safe haven asset digital yang tak terikat oleh regulasi dan kebijakan bank sentral.
Lebih lanjut, ia menyebutkan adanya kemajuan struktural yang signifikan dalam ekosistem kripto saat ini.
“ETF spot Bitcoin BlackRock membeli 438 BTC senilai USD 36,7 juta hanya dalam satu hari. Jumlah whale address juga meningkat signifikan sejak awal Maret,” ujarnya.
Menurut dia, ini menandakan adanya arus masuk institusional yang cukup besar. Bahkan, jumlah Bitcoin yang dimiliki perusahaan publik naik 16,1% hanya dalam kuartal pertama 2025.