Jakarta – Harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) di angka USD 108.000 pada pada Januari 2025. Setelah mencetak rekor, Bitcoin mengalami koreksi yang signifikan hingga 15%. Koreksi harga Bitcoin ini menunjukkan karakteristik pasar Bitcoin yang fluktuatif dipengaruhi oleh sentimen pasar global.
Meskipun harga Bitcoin mengalami penurunan, permintaan terhadap aset kripto di Indonesia masih tinggi. Terlihat dari jumlah transaksi yang terus meningkat pada platform Indodax total transaksi di Januari 2025 mencapai Rp 16,019 triliun atau sekitar 12,02% dari total transaksi selama 2024. Meskipun ada koreksi, pasar kripto Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan.
Beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi koreksi harga Bitcoin adalah ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait dengan kebijakan fiskal negara besar dan fluktuasi suku bunga. Pada saat yang sama, para investor semakin memperhatikan gejolak ekonomi yang dapat mempengaruhi pasar global, termasuk kripto.
Kenaikan suku bunga di beberapa negara besar memicu peralihan dana dari aset berisiko tinggi seperti Bitcoin ke aset yang lebih aman.
CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan, koreksi harga Bitcoin dan pandangannya terhadap perkembangan pasar kripto.
Koreksi harga Bitcoin saat ini menunjukkan sifat volatilitas pasar yang memang wajar terjadi. Dalam pasar yang dinamis seperti ini, koreksi harga adalah bagian dari siklus alami, di mana fluktuasi harga dapat mempengaruhi sentimen pasar. Namun, kami tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin, ujar Oscar dalam keterangan tertulis, Selasa (11/2/2025).
Oscar menambahkan bahwa meskipun pasar mengalami koreksi, faktor fundamental Bitcoin tetap kuat, termasuk adopsi yang semakin luas, baik oleh investor ritel maupun institusional.
Tingkat adopsi Bitcoin yang terus meningkat, serta kemajuan regulasi di berbagai negara, memberikan sinyal positif untuk masa depan Bitcoin. Di Indonesia, kami melihat pertumbuhan yang signifikan, tercermin dari data yang menunjukkan total transaksi kripto yang mencapai Rp 650,61 triliun pada tahun 2024, sebuah lonjakan 4 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, lanjut Oscar.