Jakarta – Harga Bitcoin (BTC) tampaknya mengalami stagnasi, dengan fluktuasi yang semakin sempit di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak dari perang dagang yang sedang berlangsung.
Sejak 9 Maret, harga Bitcoin bergerak dalam kisaran terbatas sekitar USD 5.500, dengan level USD 84.000 berfungsi sebagai resistensi yang kuat.
Dikutip dari laman Cointelegraph, Sabtu (1/3/2025), berdasarkan data terbaru dari Cointelegraph Markets Pro dan Bitstamp menunjukkan harga Bitcoin berfluktuasi antara USD 78.599 dan USD 84.000, tanpa menunjukkan arah yang jelas.
Meskipun Bitcoin sering dipandang sebagai aset yang dapat melindungi nilai di tengah ketidakpastian ekonomi, kondisi pasar saat ini menunjukkan adanya penurunan minat investor terhadap aset berisiko, termasuk BTC.
Alasan utama mengapa harga Bitcoin tetap datar meliputi, pertama ketegangan perang dagang Trump menyebabkan ketidakpastian di pasar. Kedua, melemahnya permintaan untuk Bitcoin dan suku bunga pendanaan netral.
Ketiga, harga BTC tetap tertahan di bawah SMA 200 hari. Keempat, ketidakpastian ekonomi yang lebih luas, melemahnya permintaan Stagnasi harga Bitcoin sebagian disebabkan oleh faktor ekonomi dan geopolitik yang lebih luas yang saat ini sedang terjadi.
Bitcoin Terjebak dalam Ketidakpastian
Pasar keuangan global terus menghadapi tekanan akibat kebijakan ekonomi yang diterapkan mantan Presiden AS, Donald Trump. Tarif perdagangan yang diusulkan terhadap Meksiko dan Kanada telah menimbulkan kegelisahan di kalangan investor.
Ketidakpastian ini tidak hanya berdampak pada aset tradisional tetapi juga merembet ke pasar kripto, termasuk Bitcoin.
Investor yang khawatir terhadap inflasi dan potensi perang tarif memilih untuk menjauh dari aset berisiko seperti Bitcoin. Setelah mengalami reli pasca kemenangan Trump dalam pemilu November lalu, harga Bitcoin kini mengalami stagnasi seiring dengan melemahnya ekonomi global.