Jakarta – Bitcoin mengalami penurunan pada pertengahan tahun, dibandingkan performa pada tahun-tahun sebelumnya. Melansir data Coinglass, dalam 11 tahun terakhir antara 2013 hingga 2023, Bitcoin telah membukukan penurunan harga sebanyak tujuh kali pada Agustus dan hanya empat kali mengalami kenaikan.
Laporan CryptoQuant, sebuah perusahan analitik kripto di Amerika Serikat (AS), yang menganalisis Bitcoin menggunakan Profit & Loss Index dan indikator Bull-Bear Market Cycle yang mereka kembangkan, turut mengindikasikan potensi pelemahan harga kripto pada pertengahan tahun ini yang mirip dengan yang terjadi pada 2021.
Merespons proyeksi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan situasi ini menggambarkan dinamika pasar yang lebih kompleks yang seringkali terjadi di kondisi transisi.
“Sebagian investor, terdapat kecenderungan mereka akan merealisasikan keuntungannya sambil menunggu perkembangan situasi yang lebih kondusif,” kata Fahmi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (1/8/2024).
Fahmi menambahkan, dalam satu tahun terakhir harga Bitcoin telah terapresiasi lebih dari 100%. Kenaikan ini juga dibarengi dengan peningkatan harga Altcoin yang lebih signifikan seperti PEPE yang secara year-on-year naik 782%, FLOKI 657%, dan Solana 623%.
Menurut dia, situasi ini dapat memicu spekulasi di mana para investor mungkin akan merealisasikan keuntungan terlebih dahulu selagi menunggu kondisi yang lebih kondusif seperti berakhirnya situasi suku bunga tinggi bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (the Fed) dan kembali meningkatnya adopsi aplikasi-aplikasi terdesentralisasi yang saat ini sedang melemah.