Jakarta – Pasar saham Amerika Serikat (AS) dan kripto tengah mengalami penurunan signifikan, dengan total nilai pasar saham AS menyusut sebesar USD 4 triliun hanya dalam satu hari perdagangan pada 10 Maret.
Indeks utama Wall Street, S&P 500, Nasdaq, dan Dow Jones masing-masing anjlok lebih dari 2%, dengan sektor teknologi menjadi yang paling terpukul.
Pasar kripto juga tidak luput dari tekanan. Bitcoin sempat merosot sekitar 5%, sementara Ethereum turun lebih dari 10%, memperburuk tekanan likuidasi di tengah tingginya volatilitas pasar. Laporan inflasi AS yang akan dirilis pada 12 Maret dan potensi shutdown pemerintah semakin memperkeruh suasana pasar.
Investor Cari Aset yang Lebih Stabil
Menurut Fahmi Almuttaqin, analis dari Reku, gejolak ini mencerminkan upaya penyesuaian portofolio besar-besaran oleh para investor dan manajer aset. Ia menyoroti risiko stagflasi di mana pertumbuhan ekonomi melambat tetapi inflasi tetap tinggi serta kemungkinan resesi di tengah kebijakan pengetatan anggaran dan kebijakan impor dari pemerintahan Trump.
“Investor tampaknya mulai mengalokasikan dananya ke aset yang lebih defensif. Tekanan di pasar saham AS ini mungkin masih akan bertahan dalam beberapa waktu ke depan,” jelas Fahmi dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (12/3/2025).
Bitcoin Sebagai Peluang di Tengah Ketidakpastian?
Di tengah koreksi Bitcoin yang sempat turun di bawah USD 80.000, beberapa investor institusi melihat ini sebagai peluang akumulasi, terutama jika Bitcoin dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
“Namun, altcoin, khususnya yang terkait dengan proyek AI dan teknologi, mungkin lebih rentan terhadap koreksi yang lebih dalam karena valuasi yang sudah terlalu optimis dan korelasinya dengan saham teknologi AS seperti Nvidia,” tambah Fahmi.