Jakarta – Harga Bitcoin kembali turun di bawah USD 100.000 dipicu oleh kekhawatiran akan perang dagang global setelah Tiongkok mengumumkan tarif baru hingga 15 persen untuk impor AS tertentu, yang akan berlaku mulai 10 Februari.Â
Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (6/2/2025), langkah ini merupakan respons terhadap perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden AS pada 1 Februari yang mengenakan tarif pada barang-barang dari Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.
Para analis memperingatkan peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan China dapat menyebabkan koreksi harga Bitcoin di bawah USD 90.000.Â
Kenaikan Tarif Memicu Volatilitas
Ryan Lee, kepala analis di Bitget Research, menyatakan kenaikan tarif dapat memicu volatilitas yang lebih besar untuk Bitcoin dan aset berisiko lainnya. Meskipun ia melihat potensi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang, ia juga mengakui risiko aksi jual yang dapat mendorong harga Bitcoin lebih rendah.
James Wo, pendiri dan CEO DFG, sependapat ekonomi besar yang terlibat dalam perang dagang sering kali mengalami penurunan pasar yang signifikan. Ia menyoroti perang dagang yang berkepanjangan dapat menyebabkan devaluasi dolar AS dan inflasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan global untuk aset alternatif seperti Bitcoin.
Data dari CoinGlass menunjukkan penurunan Bitcoin di bawah USD 97.000 dapat memicu likuidasi leveraged long senilai lebih dari USD 1,3 miliar di berbagai bursa.Â
Setelah sempat pulih, Bitcoin mencapai titik terendah sementara di sekitar USD 96.200, tetapi tetap berisiko mengalami penurunan lebih lanjut karena ketidakpastian ekonomi global.