Jakarta – Gejolak ekonomi global akibat perang dagang AS-Tiongkok membawa dampak besar pada berbagai kelas aset, termasuk kripto.
Namun, tidak seperti masa lalu, Bitcoin kini menunjukkan karakteristik yang berbeda, bukan lagi sekadar aset spekulatif, tetapi mulai dipandang sebagai instrumen lindung nilai atau digital safe haven.
Menurut Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur, pergerakan Bitcoin ke depan sangat dipengaruhi oleh kekuatan fundamental dan tren institusional yang semakin positif.
“Bitcoin kini mulai bersikap layaknya digital gold, aset yang mampu mempertahankan nilainya saat risiko global meningkat,” jelas Fyqieh kepada www.wmhg.org, Kamis (17/4/2025).
Ketahanan Bitcoin Selama Koreksi Pasar
Ia menyoroti ketahanan Bitcoin selama koreksi besar di pasar saham baru-baru ini. Ketika Nasdaq dan S&P 500 mencatat penurunan terbesar sejak pandemi, Bitcoin tetap stabil di kisaran USD 80.000. Fenomena ini memperkuat pandangan bahwa BTC kini lebih dari sekadar alat spekulasi, tetapi aset yang memiliki daya tahan dalam krisis.
Menurut data dari Glassnode, arus masuk ETF spot Bitcoin juga menunjukkan pemulihan signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh pembelian 438 BTC oleh ETF BlackRock hanya dalam sehari.
Bisakah Kembali ke Harga ATH?
Meski begitu, Fyqieh menekankan risiko tetap ada. Volatilitas mungkin sudah berkurang bahkan berada di titik terendah sepanjang masa menurut Ark Invest tetapi tekanan dari kebijakan The Federal Reserve (the Fed) atau ketegangan lebih lanjut dalam perang dagang bisa menghambat pergerakan naik Bitcoin dalam jangka pendek.