Jakarta – Perusahaan penerbit stablecoin terbesar di dunia, Tether mencatat laba bersih sebesar USD 2,5 miliar atau setara Rp 39,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.724 per dolar AS) pada kuartal III 2024, menurut laporan atestasi yang baru-baru ini dirilis yang disiapkan oleh firma akuntansi BDO.
Dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (1/11/2024), keuntungan daam sembilan bulan yang diperoleh Tether mencapai USD 7,7 miliar atau setara Rp 120,8 triliun. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Tether memiliki total aset sebesar USD 134,4 miliar.
Saat ini perusahaan kripto Tether mulai bersiap untuk menginvestasikan sebagian keuntungannya ke dalam perdagangan komoditas. Perusahaan tersebut juga telah bertaruh pada sektor kecerdasan buatan (AI) yang sedang berkembang pesat dan bahkan industri pertanian. Investasi miliknya telah mencapai USD 7,7 miliar.
Total cadangan Tether saat ini mencapai USD 105 miliar, menurut laporan pada Kamis. Sebagian besar cadangannya berada dalam bentuk obligasi pemerintah AS. Bahkan, hal ini menjadikan Tether salah satu pemegang utang AS terbesar, melampaui berbagai negara besar seperti Jerman.
Neraca perusahaan telah ditinjau oleh firma jasa keuangan yang berbasis di New York, Cantor Fitzgerald. Howard Lutnick, CEO Cantor Fitzgerald, menyatakan ia adalah penggemar berat Tether tahun lalu.
Selama keberadaannya, perusahaan telah menghadapi berbagai kontroversi. Minggu lalu, Wall Street Journal melaporkan Tether menjadi subjek investigasi kriminal di AS.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.