Jakarta Dalam wawancara baru-baru ini dengan firma riset dan pialang Bernstein, CEO CleanSpark Zach Bradford memperkirakan harga Bitcoin dapat mencapai puncaknya di bawah USD 200.000 atau setara Rp 3 miliar (asumsi kurs Rp 15.186 per dolar AS) dalam 18 bulan mendatang.
Ia mengaitkan potensi lonjakan ini dengan tren historis setelah Bitcoin dibelah dua dan faktor-faktor ekonomi makro yang diantisipasi. Bradford mencatat periode datar Bitcoin yang diperpanjang mungkin menunjukkan tren kenaikan yang berkelanjutan.
Bradford menekankan pemilihan presiden AS yang akan datang dapat memengaruhi harga Bitcoin, yang menunjukkan penyelesaian ketidakpastian pemilu dapat meningkatkan kepercayaan pasar.
Saya pikir kita akan mulai melihat dorongan yang berarti dalam harga bitcoin pasca-pemilu hingga Januari, kata Bradford, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (11/10/2024).
Ia juga mengomentari tentang undervaluasi komparatif dari penambang Bitcoin murni, yang menunjukkan bahwa mereka saat ini diabaikan karena investor lebih menyukai perusahaan yang melakukan diversifikasi ke kecerdasan buatan (AI).
Menurut Bradford, penambang Bitcoin biasanya mengalami pengeluaran modal yang lebih rendah dan pengembalian investasi yang lebih cepat, dengan arus kas yang terealisasi dalam hitungan minggu, bukan tahun.
Bradford juga menjelaskan terkait lanskap teknologi penambangan yang terus berkembang, mengantisipasi chip baru yang dapat mencapai efisiensi 11J/TH. Pergeseran ini mungkin memerlukan transisi ke sistem pendinginan imersi untuk mengelola peningkatan intensitas daya dan pembangkitan panas.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. www.wmhg.org tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.