Jakarta – Seorang CEO perusahaan kripto menyambut baik pemerintahan Trump karena yakin bahwa mereka akan mendukung desentralisasi—dan juga karena beberapa anggota kabinetnya memiliki Bitcoin secara langsung atau tidak langsung.
“Kami hanya ingin membangun bisnis tanpa harus terus waspada kalau-kalau ada orang gila yang ingin menghancurkan kami,” kata CEO Abra, Bill Barhydt, dalam sebuah konferensi teknologi di California pekan ini.
Dalam sebuah pertemuan bersejarah di Gedung Putih yang membahas aset digital, Presiden Donald Trump menegaskan, “Saya berjanji akan menjadikan Amerika sebagai negara superpower Bitcoin dan ibu kota kripto dunia, dan kami mengambil langkah besar untuk mewujudkannya.”
Jika janji ini benar-benar ditepati, dukungan dari para pejabat yang pro-kripto di lingkaran dalam pemerintahannya bisa membantu mewujudkannya. Fortune meninjau laporan keuangan Januari dari anggota kabinet Presiden Donald Trump dan menemukan bahwa enam dari 22 pejabat terdaftar memiliki dompet Bitcoin atau kepemilikan tidak langsung melalui instrumen keuangan lain yang berinvestasi dalam mata uang kripto.
Melansir Fortune International, Sabtu (14/3/2025), Trump juga mengklaim bahwa pemerintah federal saat ini adalah salah satu pemegang Bitcoin terbesar di dunia. Ia bahkan menandatangani perintah eksekutif untuk membentuk Cadangan Strategis Bitcoin dan Stok Aset Digital AS sehari sebelum pertemuan tersebut.
Perintah ini bertujuan untuk mengatasi “penanganan kripto yang tidak terkoordinasi” karena hingga kini belum ada kebijakan yang jelas mengenai pengelolaannya.
Pasar kripto sempat melonjak setelah kabar bahwa inflasi menurun pada Februari, tetapi sebelumnya mengalami penurunan akibat kekhawatiran terkait tarif, ketidakpastian perdagangan, dan ancaman resesi.