wmhg.org – BOJONEGORO. Produksi minyak perdana hasil pengeboran infill clastic Sumur B13 di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu resmi beroperasi hari ini dengan produksi mencapai 13.300 barel minyak per hari (bph).
Lapangan ini dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Sumur B-13 merupakan yang pertama dari total 7 sumur yang dibor menggunakan rig PDSI-40.3 sejak 4 bulan lalu. Total investasi dari proyek ini mencapai US$ 203,5 juta (Rp 3,25 Triliun).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, sumur pertama ini sudah bisa menghasilkan 13.300 barrel. Dan diharapkan ke depannya sumur-sumur yang lainnya juga bisa memberikan kontribusi yang signifikan.
“Momen hari ini memberikan dampak yang besar untuk bisa mendorong para pebisnis migas di Indonesia. Ya bahwa ada potensi untuk bisa kita tingkatkan produksi migas kita,” kata Arifin saat meresmikan Minyak Perdana dari Pengeboran Banyu Urip Infil Clastic, di Bojonegoro, Jumat (9/8).
Arifin menuturkan, produksi minyak dari sumur B13 akan meningkatkan produksi minyak di Blok Cepu, sehingga dapat memperkuat ketahanan energi nasional.
Menurut Arifin, upaya-upaya untuk peningkatan tidak hanya dari lapangan eksisting saja, tetapi juga adanya kegiatan seismik baru, eksplorasi baru yang bisa mempercepat pendeteksian sumur-sumur baru.
“Upaya-upaya untuk peningkatan ini tidak hanya dari existing lapangan yang ada, tapi juga kita berharap adanya kegiatan-kegiatan seismik baru, eksplorasi baru, yang memang bisa mempercepat pendeteksian sumber-sumber baru. Indonesia masih memiliki banyak potensi-potensi baru,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, Proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) memiliki sasaran untuk memproduksi perkiraan tambahan minyak sebesar 42.92 MMBO melalui pengeboran tujuh sumur di Lapangan Banyu Urip yakni lima sumur infill dan dua sumur clastic (di mana enam sumur akan tajak di 2024 dan satu sumur akan tajak di 2025).
“Minyak perdana yang peresmiannya kita saksikan hari ini merupakan minyak yang diproduksikan dari sumur B13, yang merupakan sumur pertama dari proyek ini. Q4 2024 nanti kita berharap, sumur kedua yaitu Sumur B12 menyusul onstream,” tutur Dwi.
Sesuai target WP&B, kata Dwi, dua sumur ini diharapkan dapat memberikan kontribusi produksi rata-rata tahunan sebesar +/- 9285 BOPD di tahun 2024.
Meskipun onstream sumur pertama sempat bergeser, SKK Migas berharap BUIC tetap dapat memberikan kontribusi yang sama sesuai yang sudah di targetkan dalam WP&B 2024.
Tiga sumur lainnya dari proyek ini, yaitu Sumur C13, C14, dan C19 ditargetkan untuk onstream pada Q1 2026. Begitu juga untuk 2 sumur clastic yakni C15 dan C21, diharapkan nantinya informasi dari sumur ini dapat memberikan data yang lebih akurat tentang potensi kandungan minyak lapisan clastic Lapangan Banyu Urip dengan perkiraan cadangan 3P sebesar +/- 670 Juta Barel Oil.
“Proyek BUIC ini diharapkan akan mencapai produksi puncak pada tahun 2027 dengan level produksi 19.000 BOPD,” ujar Dwi.
Dwi menjelaskan, gotal investasi dari proyek ini mencapai US$203,5 juta (Rp 3,25 Triliun). Indonesia patut bersyukur karena dari investasi ini, perkiraan tambahan penerimaan negara yang dihasilkan mencapai sekitar +/- US$2,1 miliar (Rp 33,6 Triliun).
“Kita juga patut berbangga dan bersyukur bahwa proyek Banyu Urip Infill Clastic memberdayakan kapasitas nasional. Salah satunya adalah pengunaan rig untuk pengeboran,” terang Dwi.
Rig yang digunakan adalah hasil karya anak bangsa, dibangun di Indonesia, dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), anak usaha PT Pertamina, menunjukkan kompetensi anak bangsa untuk memenuhi standar internasional Exxon Mobil.
Untuk diketahui, minyak pertama dari Banyu Urip Infill Clastic merupakan milestone dari proses panjang dan serius yang melibatkan kolaborasi semua pihak yang terkait
Menurut Dwi, produksi dari Blok Cepu merupakan penyumbang produksi migas nasional terbesar kedua untuk saat ini. Sedikit saja gangguan di blok ini akan sangat mempengaruhi profil produksi nasional.
“Kami menyampaikan apresiasi juga karena saat ini kinerja produksi minyak dari Blok Cepu berada di atas target, baik target WP&B maupun APBN. Kami berharap kinerja baik ini dapat diteruskan,” tutur Dwi.
Dihubungi secara terpisah, Founder dan Advisor ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto mengatakan, produksi dari BUIC termasuk besar itu jika dari 1 sumur saja mencapai 13 ribu bph.
“Itu sedikit banyak menggambarkan potensi dari lapangan itu untuk bisa memproduksi besar juga. Akan bisa membantu [target lifting] kalau tidak hanya satu sumur tentunya,” ungkapnya kepada Kontan, Jumat (9/8).