Jakarta Pada tahun 2035, kekuatan super dunia diprediksi akan mengalami perubahan besar. Brexit, pandemi COVID-19, dan sengketa perdagangan mungkin menciptakan hambatan ekonomi, namun, meski menghadapi tantangan tersebut, perekonomian global diperkirakan akan terus tumbuh dengan cepat dalam dekade berikutnya.
Dikutip melalui Indian Express, Jumat (11/10/2024) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memproyeksikan bahwa populasi dunia akan mencapai 8,5 miliar pada tahun 2030, sementara ekonomi global diharapkan tumbuh secara stabil dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,2 persen pada tahun 2024 dan 3,3 persen pada tahun 2025, menurut prediksi Dana Moneter Internasional (IMF).
Yang menarik, belanja pertahanan global juga meningkat sebesar 6,8 persen secara riil, mencapai USD 2.443 miliar dibandingkan tahun lalu. Pengeluaran militer meningkat di seluruh wilayah utama dunia—Amerika, Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika, menurut laporan SIPRI.
Akibatnya, keseimbangan kekuatan global kemungkinan akan beralih dari sistem unipolar ke kerangka multipolar, di mana kekuatan didistribusikan di antara berbagai negara, perusahaan, dan aktor non-negara. Hal ini terjadi seiring dengan munculnya ekonomi baru, percepatan kemajuan teknologi, dan perubahan dinamika geopolitik.
Faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, kekuatan militer, inovasi teknologi, dan pengaruh politik akan menentukan negara mana yang akan muncul sebagai superpower global di masa depan.
Ray Dalio, dalam indeks Great Powers Index 2024 mengungkapkan kekuatan super dunia dalam 10 tahun ke depan, berdasarkan kekuatan total mereka di berbagai metrik, termasuk output ekonomi, kekuatan militer, perdagangan, dan kekuatan per kapita.
Meskipun kekuatan super tradisional seperti Amerika Serikat masih mendominasi sebagai kekuatan militer, politik, dan ekonomi, negara-negara seperti Tiongkok, India, dan beberapa negara lainnya dengan cepat memposisikan diri sebagai pemain berpengaruh di panggung dunia.