Jakarta Menjelang transisi pemerintahan baru pada 20 Oktober, Presiden terpilih Prabowo Subianto telah mulai menyusun kabinetnya, memanggil beberapa tokoh kunci untuk ditugaskan sebagai menteri. Pemerintahan baru ini memberikan kesempatan signifikan untuk menjembatani kesenjangan antara populasi yang kurang terlayani dengan layanan keuangan yang mudah diakses di Indonesia.
Prabowo mengundang beberapa tokoh ekonomi nasional, termasuk Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN; Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Partai Golkar; serta menteri Kabinet Indonesia Maju saat ini seperti Agus Gumiwang, Erick Thohir, dan Sri Mulyani, untuk membahas potensi peran mereka sebagai calon menteri Prabowo. Pertemuan ini menandai awal baik keberlanjutan dan pembentukan kabinet baru yang bertujuan untuk merevitalisasi dan memajukan lanskap ekonomi Indonesia.
Dalam konteks ini, Piter Abdullah Rejalam, seorang ekonom senior dan Direktur Eksekutif Segara Research Institute, menekankan kebutuhan mendesak bagi pemerintah baru untuk memprioritaskan inklusi keuangan.
“Akses terhadap layanan keuangan tetap menjadi hambatan signifikan bagi banyak orang Indonesia, terutama mereka yang berada di daerah pedesaan dan berpenghasilan rendah. Kabinet baru harus menerapkan kebijakan yang memfasilitasi akses keuangan bagi populasi yang kurang terlayani dengan layanan keuangan yang mudah diakses di Indonesia ini,” tegas Piter, yang juga menjabat di Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) dikutip Selasa (15/10/2024).
Dalam konteks ini, peran lembaga keuangan yang inovatif menjadi semakin penting. Piter menyoroti bahwa industri Layanan Keuangan Digital sedang berkembang pesat di Indonesia, dengan banyak perusahaan yang mampu mendukung upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan.
Perusahaan-perusahaan seperti KoinWorks, Bank Saqu – yang fokus pada segmen “solopreneurs”, dan penyedia layanan keuangan digital lainnya seperti Gopay dan Ovo, menggambarkan bagaimana teknologi dapat menjembatani kesenjangan yang ada dalam akses keuangan.
Dengan memanfaatkan alat seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin, perusahaan-perusahaan ini mentransformasi aksesibilitas layanan keuangan, menjadikannya lebih mudah dijangkau oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta masyarakat yang kurang terlayani.