Jakarta ASEAN Insurance Surveillance Report 2022 melaporkan pemanfaatan layanan asuransi di Indonesia masih berada di level 1,4%. Posisi tersebut jauh di bawah Singapura dengan 12,5%, Malaysia dengan 3,8%, dan Thailand dengan 4,6%.
Sejalan dengan pemanfaatan layanan asuransi yang masih rendah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat densitas asuransi di Indonesia berada di level Rp 1.882.640 pada akhir 2022. Otoritas menargetkan densitas asuransi mampu menembus Rp 2.400.000 pada 2027.
Potensi Asuransi Syariah Indonesia
Sementara itu, Indonesia selaku negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia menyimpan potensi besar untuk pengembangan keuangan syariah. Produk asuransi syariah juga terus mengalami pertumbuhan sejak peluncurannya.
OJK melaporkan aset asuransi jiwa syariah berkontribusi sebesar 5,6% terhadap total asuransi jiwa secara umum pada 2022. Sedangkan, asuransi umum syariah memiliki pangsa pasar sebesar 3,7%.
Lebih lanjut, OJK melaporkan porsi kontribusi dari penjualan asuransi jiwa syariah mencapai 11,8%. Posisi itu naik signifikan dari 5,8% 5 tahun sebelumnya.
Potensi besar keuangan syariah di Indonesia mendorong Asuransi Kitabisa untuk ikut berkontribusi dan berinovasi dalam menyediakan layanan yang sesuai dengan prinsip syariah. Meski demikian Asuransi Kitabisa tidak hanya fokus pada pertumbuhan tetapi juga pada tata kelola yang Baik, transparan dan nilai-nilai syariah.
Melihat potensi tersebut, Kitabisa kini resmi memasuki industri asuransi dengan membawa nama PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa (Asuransi Kitabisa), dan membawa misi mengembalikan semangat saling jaga pada produk asuransi.
Asuransi Kitabisa hadir sebagai pionir untuk mengembalikan asuransi ke akarnya, yakni sebagai praktik tolong-menolong dan saling menjaga antar sesama anggota.
CEO Asuransi Kitabisa Bryan Silfanus menjelaskan, praktik asuransi pada dasarnya adalah sekumpulan orang yang saling menjaga ketika ada musibah, yang sejalan dengan tolong-menolong yang selama ini Kitabisa fasilitasi di platform digital.
“Asuransi Kitabisa membawa pendekatan baru dalam industri asuransi dengan menekankan semangat tolong-menolong. Memberikan edukasi bahwa asuransi tidak hanya tentang risiko finansial, tetapi juga tentang membangun komunitas yang saling membantu dan berbagi beban bersama,” jelasnya dikutip Kamis (10/10/2024).