Jakarta Ekonom di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengingatkan, penambahan anggaran untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) saat ini bukan langkah yang tepat mengingat penerimaan negara masih terbatas, dan Pemerintah memiliki berbagai program prioritas lain, salah staunya hilirisasi, 3 juta rumah, hingga program kesehatan dan pendidikan.
Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda menilai, jika Pemerintah tetap mengejar target 100 persen capaian program MBG, defisit anggaran terhadap PDB dapat mencapai 3 persen.
Studi analisis yang dilakukan CELIOS terkait Program Makan Bergizi Gratis menunjukkan, jika MBG dilakukan secara berjenjang dan tahun 2029 mencapai sasaran 100 persen dari target, maka belanja negara berisiko mencapai Rp4.962 triliun pada 2029.
Rasio defisit anggaran bisa mencapai 3,1 persen dari PDB atau melebihi batas yang diperbolehkan UU Keuangan Negara 2003, tulis Celios dalam studinya, dikutip Kamis (23/1/2025).
Maka kita yakin sampai tahun 2029, target program MBG sulit mencapai 100 persen karena keterbatasan anggaran, ujar Huda kepada www.wmhg.org di Jakarta.
Huda menyebut, ada potensi tambahan penerimaan negara dari dua hal. Pertama, dari pajak pertambangan yang dinilai masih sangat rendah tingkat kepatuhannya.
Padahal, puluhan triliun penerimaan negara yang bisa didapatkan dari sektor pertambangan.
Kedua dari pengemplang pajak yang jumlahnya mencapai lebih dari Rp300 riliun. Jadi seharusnya bisa dijadikan jalan pemerintah untuk menambah pundi-pundi penerimaannya, kata Huda.
Senada, Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira juga menyampaikan bahwa pemenuhan target penerima MBG bukan dari penambahan anggaran, mengingat penganggaran program tersebut senilai Rp71 triliun bukan jumlah yang sedikit.
Bhima menjelaskan, program MBG perlu berfokus pada 2 hal, yakni geographic targeting dan individual targeting.