Jakarta Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tengah menjadi sorotan dalam beberapa waktu belakangan. Fenomena PHK ini menjadikan kondisi industri lokal dinilai tengah mengalami tantangan yang besar.
Beberapa perusahaan seperti Yamaha Music harus menutup produksinya di Jakarta dan Bekasi yang berdampak pada menganggurnya karyawan. Badai PHK juga mengancam para pekerja PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex.
Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai bulan Ramadan menjadi peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan mendapatkan keuntungan. Namun, kondisi ekonomi tidak selalu berdampak baik ke perusahaan.
Saat ini ekonomi melambat, daya beli melemah yang antara lain ditunjukkan dengan inflasi sangat rendah bahkan terjadi deflasi di tengah mulainya bulan Ramadan, sinyal daya beli turun, kata Eko kepada www.wmhg.org, Senin (10/3/2025).
Belum Ada Tanda Perbaikan Ekonomi
Dia mengatakan, tanda membaiknya situasi ekonomi belum terlihat dalam jangka pendek ini. Menurutnya, tren PHK di paruh awal 2025 ini sebagai kelanjutan dari tahun lalu yang cenderung banyak PHK.
Eko menyampaikan, PHK di ramadan biasanya teejadi ketika perusahaan sudah terhimpit utang yang begitu menumpuk. Ditengah efisiensi, maka penghematan juga dirasa mutlak untuk dilakukan.
Umumnya PHK di ramadan terjadi karena akumulasi himpitan utang dan berbagai efisiensi perusahaan sudah tdk bisa dilakukan, sehingga memutuskan PHK, ini juga untuk menghindari kewajiban bayar THR, tuturnya.